Dalam
sebuah riwayat Rasulullah bersabda, ''Apabila kamu sudah tidak punya perasaan
malu, maka lakukanlah apa pun yang kamu mau.'' Dari riwayat tersebut Rasulullah
ingin mengajarkan bahwa malu merupakan salah satu prasyarat untuk ketakwaan, dalam
artian ketika ingin melakukan suatu kesalahan atau maksiat dan perasaan malu
ada dalam hati maka keinginan untuk melakukannya menjadi hilang.
Malu
yang dimaksud oleh Rasulullah di sini bisa diartikan dua hal. Pertama, malu
kepada Allah, karena setiap perbuatan manusia sekecil apa pun dan detik per
detik tentu tak akan lepas dari muraqabatullah. Ketika Allah membenci setiap
perbuatan maksiat seorang hamba, ketika itulah si hamba harus sadar bahwa
kemurkaan Allah akan didapatkan kalau perbuatan itu terus dilakukan.
Kedua,
malu kepada manusia. Ini bukan berarti kita berubah menjadi menuhankan manusia
itu sendiri, tetapi yang dimaksud di sini adalah perasaan malu ketika manusia
lain mengetahui perbuatan tersebut. Sebab, secara manusiawi setiap orang yang
melakukan kesalahan pasti ingin menyembunyikan dari orang lain, karena hati
kecil manusia selalu dan akan selalu mengajak kepada perbuatan mulia.
Kalau
dikaitkan dengan potret pemilu di Indonesia sekarang, kita sampai kepada
kesimpulan bahwa perasaan malu sudah tidak lagi dipunyai para elite politik.
Keinginan untuk memperoleh jabatan dan kekuasaan mengalahkan bisikan hati
nurani. Rasa malu karena kekalahan dan ejekan pendukung mengalahkan rasa malu
kepada Allah yang menciptakan kekuasan itu sendiri. Berbagai upaya ditempuh
untuk sebuah kebanggaan di dunia walaupun harus melakukan cara-cara tercela.
Semakin
jauhnya harapan rakyat dari realita tidak memberikan kesadaran dan rasa malu
bagi mereka yang gagal mengemban amanah rakyat. Krisis ekonomi semakin menghimpit,
harga-harga melangit, kesejahteraan wong cilik semakin tak tersentuh.
Pengangguran, anak jalanan, kriminalitas semakin menjadi-jadi. Tapi, ketika
mengampanyekan diri untuk menjadi pemimpin, dengan tidak punya rasa malu
kembali berteriak lantang sebagai orang yang paling peduli kepada rakyat.
Janji
menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN dan money politics justru
diteriakkan lantang oleh orang yang menyuburkan korupsi. Entah ke mana lagi
rasa malu yang dipunyai calon pemimpin kita. Kepada manusia sendiri sudah
hilang. Apalagi kepada Allah sebagai tempat pertanggungjawaban yang mahaadil di
akhirat kelak.
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai amanah sekaligus teladan kepada rakyat. Kepemimpinan
bertujuan membimbing dan mengarahkan rakyat untuk sejahtera dan mengesampingkan
kesenangan pribadi dan kolega, siap menderita ketika harus sampai kepada
pilihan berbagi kesengsaraan dengan rakyat.
Mungkin
masih relevan pesan nurani Bung Hatta, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia,
''Pemimpin yang bisa diandalkan rakyatnya adalah pemimpin yang mempunyai
keberanian untuk menderita dan menahan rasa sakit.''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar