Senin, 15 September 2014

MANAJEMEN ORGANISASI DAKWAH ISLAM


    MAKALAH
MANAJEMEN ORGANISASI DAKWAH ISLAM

Dosen Pembimbing : Drs. Miftahuddin M.Si

 








Oleh :
Naharudin

Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim
Surabaya
2014/2015


KATA PENGANTAR
Segala puyi hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kami hidayah sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Semoga kehadiran makalah ini membantu semua pihak dalam meyelesaikan tugas-tugasnya dan semoga kehadiran makalah ini mengundang datangnya rahmat Allah SWT.
Sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada sang revolusioner sejati yakni nabi Muhammad SAW, yang telah merombak seluruh tatanan kejahiliaan menjedi tatanan yang penuh rahmat.
Ucapan terimakasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah yang bejudul “Manajemen Organisasi Dakwah Islam”, terutama kepada dosen pengampu dan kedua orang tua kami yang tiap harinya mengirimkan doa.
Kami sadari dalam penyusunaan makalah ini masi banyak masalah dan kekurangan dari berbagai sisi, olehnya itu kami meminta saran dan keritik yang sifatnya membangun, agar makalah ini biasa sempurna sesuai yang diinginkan.









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara klasik manajemen muncul ribuan tahun lalu ketika manusia sudah melakukan sebuah pengorganisasian yang diarahkan kepada orang orang yang bertanggung jawab atas perencanaan, pemimpin dan pengendalian kegiatan manusia. Manajemen klasis dimulai sejak zaman prasejarah dan berkembang bersamaan dengan perkembangan manusia. Hal ini didasarkan pada zaman manusia mesopotomia yaitu masyarakat yang menggunakan uang sebagai alat pembayaran. Pada waktu itu mata uang logom digunakan sebagai alat tukar menukar dalm mengatur perdagangan.
Sedangkan dalam prinsip manajemen organisasi dakwah islam, dalam sejarah perkembangannya manajemen dipengarui oleh agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Maka islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia memiliki potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif. Sebagaimana telah dijelaskan dlam Hadist Qudsi yang artinya;” sesungguhnya telah kuciptakan hamba-hambaku berwatak hanif, kemudian setan datang kepada mereka, maka disesatkan mereka dari agama mereka”.
Dalam Hadis Qudsi diterangkan bahwa, jika manusia melakukan perbuatan yang jelek, maka hali itu merupakan pengaruh dari dirinya sendiri yang datang dari luar dirinya, sebab dirinya tak mampu menhasilkan sesuatu yang jelek. Sedangkan dalam watak hanif ini akan mengiringi manusia pada sifat dasrnya yaitu cenderung untuk memilih yang baik dan benar dalam kehidupannya.





BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Manajemen dan Manajemen dakwah
a.      Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen, secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oeh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.[1]
Dr. Buchari Zainun: “Manajemen adalah penggunaan efektif daripada sumber-sumber tenaga manusia serta bahan-bahan material lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan itu.”
Prof. Oey Liang Lee: “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan mengontrolan dari human and natural resources.”[2]
b.      Pengertian Manajemen Dakwah
Dari definisi manajemen tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengertian manajemen dakwah yaitu sebagai pproses perencanaan tugas, mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakan ke arah tujuan dakwah.[3]
Inilah yangmerupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan secara sistematik dan koordinatif dalam kegiatan atau aktifitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.
Ø  Ruang Lingkup Manajemen Dakwah
a.      Keberadaan seorang da’I, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengertian eksistensi da’I yang bergerak di bidang dakwah itu sendiri.
b.      Materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u, sehingga akan mancapai sasaran dakwah itu sendiri, dan
c.      Mad’u kegiatan dakwah harus jelas sasarannya, dalam artian ada objek yang akan didakwahi.
d.     Media yang berarti sarana yang dapat dimanfaatkan untuk berdakwah.[4]

2.      Organisasi Dakwah Islam
Secara umum organisasi atau institusi dapat dikelompokan ke dalam dua bagian besar, yaitu organisasi formal dan organisasi nonformal.[5]
Organisasi formal ialah sebuah organisasi yang strukturasinya, eksistensi formal atau statusnya diakui baik oleh kalangan luar maupun kalangan dalam.
Organisasi nonformal ialah organisasi atau ikatan jama’ah yang mempunyai ciri-ciri: (1) ikatan anggota dengan organisasi bersifat tidak formal. Ikatan ini hanya karena ide atau kegiatan saja, (2) kepemimpinannya bersifat fungsional, (3) jama’ahnya bersifat terbuka, heterogen, dan nonafiliatif.
Adanya organisasi yang baik dan militan yang mendukung dakwah Islamiyah adalah suatu keharusan mutlak karena tanpa adanya organisasi yang demikian, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik, bahkan kemungkinan besar akan mandek sama sekali. Berdasarkan jalan ini maka ada pendapat yang menyatakan bahwa tugas pendukungan terhadap dakwah Islamiyah itu terletak di atas pundak Daulah Islamiyah.
Sebagaimana pada masa Khulafaurrasyidin, organisasi negara yang mendukung dakwah Islamiiyah telah dibina lebih sempurna, telah dijadikan sebagai suatu nizham yang mempunyai alat-alat perlengkapan dan lembaga-lembaga menurut ukuran zamannya telah cukup baik.[6]

3.      Kepimimpinan Manajemen Organisasi Dakwah

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi prilaku orang lain agar mereka mau di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi prilaku seseorang, sehingga apa yang menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat di laksanakan orng lain guna mencapai tujuan yang menjadi kesepakatan antara pemimpin dengan rakyat.
Jika kepemimpinan atau leadership diartikan suatu proses untuk mempengaruhi tindakan kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuan penyelesain, demikian juga sebagai pengaruh organisasi atau orang-orang di bawah-nya agar mereka para pengikut menerima dengan kemauannya untuk di arahkan dan diawasi oleh pemimpin tersebut. Dengan demikian, dapat di katakanbahwa kepemimpinan dakwa adalah tenaga-tenaga profesional dimana mereka yang mempunyai cirri-ciri atau nilai-nilai pribadi pemimpin dan keahlian kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus memiliki nilai-nilai kepemimpinan dan kemauan  serta keahlian manajemen. Adpun sifat, cirri atau nila-nilai pribadi yang hendaknya dimiliki oleh pemimpin dawa itu antara lain adlah sebagai berikut:
·         Berpandangan jauh ke masa depan.
·         Bersikap dan bertindak bijaksana.
·         Berpengetahuan luas.
·         Bersikap dan bertindak adil.
·         Berpendirian teguh.
·         Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.
·         Berhati ikhlash.
·         Memiliki kondisi fisik yang baik dan
·         Mampu berkomunikasi.




4.      Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Melalaui Babak-Babak Yang Penting.
a.       Babak Perdagangan
Islam masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan di perkirakan abad ke-7 M sampai dengan abad ke-11 M, begitu pula perkembangan Islam. Melalui para pedagang dari luar Indonesia maupun pedagang Indonesia sendiri, Islam disebarkan di pelabuhan-pelabuhan sepanjang jalur perdagangan, misalnya di sekitar selat Malaka, Samudra, Palembang, menyusul Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, Makasar, serta Indonesia Timur.[7]
Agama Islam tersebar pertama kali di pulau Sumatera kira-kira abad ke-7 M (abad I H).[8] Yang mana disebabkan letak geografinya dan dalam alur pelayaran serta adanya pelabuhan alam yang menjadi persinggahan para pedagang, baik untuk memasarkan atau untuk mencari barang dagangan.
Penyebaran agama Islam di Sumatera secara intensif diperkirakan bersamaan waktunya dengan kemunduran Sriwijaya dan berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Perlak dan Samudera Pasai. Proses penyebaran agama Islam di daerah Minangkabau pada akhir abad ke-14 dan 15 M sudah memperoleh pengikut yang amat banyak, sekalipun masih ada hambatan dari penguasa yang masih beragama Hindu. Agama Islam terus menyebar ke daerah-daerah lain sampai ke daerah-daerah yang dihuni oleh suku Batak, Daerah ini di-Indonesiakan oleh orang Aceh. Sedang orang-orang Batak di daerah pesisir banyak yang masuk Islam karena pengaruh orang-orang suku Melayu.[9]
b.      Babak Perkawinan
Penyebaran agama Islam juga ditempuh melalui perkawinan. Cara ini ditempuh oleh para penyebar sekitar abad ke-11 M sampai dengan abad ke-13 M. Para pedagang Gujarat, Benggala, Arab, dan sebagainya kawin di Indonesia. Karena mereka orang-orang kaya dan terhormat maka mereka memperistri orang-orang terhormat, raja-raja, pejabat-pejabat, dan sebagainya.

Cara ini ternyata cukup strategis, sebab wanita yang dikawin oleh para penyebar Islam itu di Islamkan terlebih dahulu, dan ini merupakan modal pada usaha penyebaran Islam. Sekalipun pendekatan lewat perkawinan ini tidak selalu berhasil, seperti Maulana Ishaq tidak berhasil mengislamkan raja dan rakyat blambangan, tetapi pada umumnya usaha ini banyak dipakai oleh para penyebar Islam maupun oleh para pedagang muslim, dan hasilnya diakui banyak keluarga-keluarga pihak istri yang masuk Islam dan menjadi tulang punggung usaha penyebaran Islam selanjutnya.
 Dalam cerita babad dikenal perkawinan antaara Sunan Ampel dengan Nyi Gede Manila putri Tumenggung Wilatikta. Sayyid Abdurrahman seorang muslim Arab kawin dengan Putri Raden Ariya Teja putri Aria Dikara (Bupati)Tuban, Sunan Gunung Jati kawin dengan Putri Kawunganten serta Sunan Giri kawin dengan putri Ki Ageng Bungkul penguasa (bangsawan) Majapahit di Surabaya. Banyak pedagang-pedagang muslim yang kawin dengan anak-anak bangsawan atau wanita-wanita rakyat biasa. Usaha ini sering juga didukung dengan keahlian menyembuhkan penyakit , seperti peristiwa Maulana Ishaq sendiri dan Syekh Nuruddin Ibrahim dari Cirebon.[10]
c.       Babak  Akulturasi Budaya
Kurang lebih abad ke-12 M sampai dengan abad ke-14 M, cara akulturasi budaya ditempuh untuk memberi kesan adanya persesuaian dan agar masyarakat tidak merasa adanya keterpaksaan dalam memeluk agama Islam. Seperti cara para Sunan wali songo dalam menyebarkan agama Islam melalui seni wayang, lagu-lagu, permainan dan lain sebagainya.
Menjelang masuknya Islam di Indonesia telah ada kebudayaan baru hasil akulturasi antara budaya Indonesia dan budaya Hindu, yaitu melalui Akulturasi kebudayaan. Setelah islam masuk dengan nilai-nilai budaya maka terjadi lagi akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Akhirnya, lahirlah corak kebudayaan baru dalam kebudayaan Indonesia.



d.      Babak Kerajaan
Pada abad ke-13 M, di pesisir aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena itu, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian, kerajaan Islam pertama berdiri di Kepulauan Nusantara di Aceh. Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada Abad ke-13 M. Setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke-15 M, di daerah ini lahir Kerajaan Islam yang kedua di Asia Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudra Pasai yang kalah bersaing.[11]
Dapat diketahui bahwa daerah-daerah di bagian pesisir Sumatera Utara dan Timur selat Malaka, yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan Kerajaan-kerajaan Islam. Sementara di Jawa, proses Islamisasi sudah berlangsung, sejak Abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbukti dengan diketemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 Hijriyah.
e.       Babak Para Wali Songo
Banyak cerita tradisional mengenai para wali, yaitu orang yang saleh yang diduga telah menyebarkan agama Islam di Jawa. Dikisahkan kehidupan, mukjizat, dan keyakinan mereka dibidang mistik Islam dan Teologi. Wali-wali di Jawa kabarnya berpusat di masjid Demak, masjid yang mereka dirikan bersama. Disitulah mereka agaknya mengadakan pertemuan untuk bertukar pikiran tentang pengembangan ajaran agama Islam di Jawa.[12]
Di samping oleh para pedagang penyebaran agama Islam juga dilakukan oleh para wali atau utusan dengan melakukan dakwah-dakwah (sekitar awal Abad ke-15 M). Selain para wali memiliki pengetahaun tentang agama Islam, Ia juga dianggap memiliki pengetahuan tentang ilmu mujizat (ajaib atau yang dapat menimbulkan keheranan).
Wali yang sembilan adalah dipercayai oleh orang Jawa sebagai peletak dasar batu pertama ditanah Jawa. Meskipun pribadi para wali itu sudah di selimuti oleh berbagai dongeng, namun cerita-cerita dongeng tersebut banyak memberikan pertolongan kepada kita didalam membuktikan bahwasannya meskipun telah menerima Islam, orang Jawa belum sampai hati membuang sama sekali sisa-sisa dari pada kepercayaan yang lama.[13]

5.      Perencanaan dan Pengorganisasian Dakwah
Perencanaan adalah adalah memutuskan jalan apakah yang akan diambil untuk memutuskan kegiatan-kegiata.[14] Sedangkan pegorganisasian adalah bagaimana organisasi mengolompokkan kegiatan-kegiatannya, di mana setiap pengolompokan diikuti dengan penugasan seorang menejer yang diberi wewenang untuk mengawali anggota-anggota kelompok.
6.      Pengawasan Dan Pengendalian Dalam Manajemen Organisasi Dakwah
a.       Pengawasan menurut widardi, adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajemen dalam upaya memestikan bahwa hasil actual sesuai dengan hasil yang direncanakan.
b.      Konsep Dasar Fungsi Pengwasan.
Jika pengwasan adalah bentuk pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa yang suda dikerjakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pengawasan juga dimaksudkan untuk membuat sang manajer waspada terhadap sesuatu persoalan potensial sebelum persoalan itu menjadi serius.
c.       Mempertahankan Fungsi Pengwasan
Dessler (2004) menegemukakan dua pendekatan dalam mempertahankan fungsi pengawasan yaitu: system pengawaasan tradisional dan sistem pengawsan yang berdasarkan komitmen.

7.      Perubahan dan Pengembangan organisasi Dakwah
a.       Perubahan adalah esensi dari kemajuan. Menjadi maju berarti harus berpindah posisi semakin kedepan dari posisi semula.
b.      Pengembangan menurut Drs. Iskandar Wiryakusumo M.Sc, pengembangan adalah upaya pendidikan baik secara formal maupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab.
c.       Organisasi dalam bahasa inggris organizing yang berasal dari kata organism. Organism itu sendiri artinya menciptakan struktur dengan bidang-bidang atau bagian-bagian yang dihimpun sedemikian rupa, sehingga hubungan kerja secara keseluruhan terikat antara satu sama lainnya. Jadi organisasi adalah suatu perkumpulan individu untuk  bekerja sama dengan tujuan tertentu.[15]
8.      Model-Model pengembangan Organisasi
a.       Pengembangan kualitas sumber daya dai, meliputi pemberdayaan pola pokir, wawasa, dan keterampilan yang meliputi; peningkatan wawasan adan pengembangan spiritual.
b.      Metode pengembangan kualitras jamaah meliputi;
1.      Pembinaan dan peningkatan wawasan jamaah dalam pemahaman tentang sikap dan aktivitas ajaran Islam.
2.      Pembinaan tentang wawasan jamaah tentang nilai-nilai kebersamaan, persatuan dan kesatuan,
3.      Pembinaan wawasan mad’u tentang kedudukan fungsi dan tugasnya,
4.      Pembinaan dan peningkatan kreatifitas mad’u.
c.       Metode pengembangan materi dakwah dapat dikaiitkan sebagai berikut.
1.      Disesuikan dengan kondisi tuhan ummat,
2.      Disesuaikan dengan kadar intelektual masyarakat
3.      Mencakup ajaran Islam secara kaffah,
4.      Merespon dan menyentuh tangan dan kebutuhan asasi dan skunder,
5.      Disesuaikan dengan program ummat syariat Islam.
d.      Model pengembangan media dan metode dakwah
1.      Pegembangan metode bi al-lissan bi al-amal.
2.      Mempertimbangkan metode dan media yang sesuai dengan tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
3.      Memilih metode dan media yang relevan,
4.      Membangun media  atau metode cultural dan sturuktua
5.      Mempertimbangkan dan mengkaji metode pendekatan spiritual, antara lain melalui doa dan sholat, silaturahmi dan sebagainya.[16]
BAB III
KESIMPULAN
Pemakalah membuat kesimpulan dengan mengambil firman  Allah Swt. Karenas Allah telah memberi petunjuk, bahwa melaksanakan tugas wajib dakwah Islamiyah, sabilillah, haruslah dengan satu organisasi khusus, harus ada lembaga tersendiri:
Wahai orang-orang yang beriman. Hendaklah kamu bertakwa benar-benar kepada Allah, dan janganlah kamu mati kecuali sebagai orang Islam.
Bersatulah kamu sekalian dalam ikatan tali Allah, jangan bercerai-berai, atau kenangkan nikmat Allah kepadamu di waktu kamu saling bermusuhan lantas Allah merangkaikan hatimu, sehingga dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara; di waktu kamu sedang berada di tepi jurang malapetaka, lantas Allah menyelamatkan kamu. Demikian caranya Allah menjelaskan ayat-ayatnya, semoga kamu mendapat petunjuk...
Perlu ada di antara kamu sekelompok umat yang berdakwah kepada kebaikan menyuruh makruh mencegah munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Jangan hendaknya kamuu seperti mereka yang bercerai-berai dan bertingkai pingkai setelah mendapat penjelasan, dan untuk mereka tersedia azab yang dasyat.
(Surat Ali Imran/3: 102-105)[17]
Ayat-ayat dari surat Ali Imran mewajibkan umat Islam agar mendirikan jamaah khusus, satu organisasi yang bertugas di bidang dakwah (ayat 104), dan organisasi itu haruslah berdiri di atas dua asas pokok; keimanan dan persaudaraan (ayat 102-103), sehingga dengan dua asas pokok ini jamaah muslimah akan sanggup menunaikan tugas beratnya dalam kehidupan manusia dan dalam sejarah kemanusiaan; tugas menyuruh makruf dan mencegah munkar; menegakkan kehidupan di atas dasar makruf dan membersihkan dari kotoran munkar. Kemudian kepada kaum muslimin yang berkumpul dalam jamaah itu diperingatkan agar mereka jangan bercerai-berai dan berselang-sengketa sesamanya (ayat 105), supaya mereka tetap kuat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan terjemahannya, Baitul Mal Hidayatullah (BMH) dan Yayasan Al-Qur’an  suara  Hidayatullah (2012)
Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal Islam, (Jakarta: Mizan 2002)
Dawan Raharjo, Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan (1997: 38-39)--- dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009)
Hasymi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang)
H.J. De Graaf dan Th. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2001)
RB. Khatib Pahlawan kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah professional, (Jakarta: Amzah, Cet. 1, 2007)
Syamsudduha, Penyebaran dan Perkembangan Islam, Katolik, Protestan di Indonesia, (Surabaya : Usaha Nasional , 1987)

Waridah Siti, Sejarah Nasional dan Umum, (Yogyakarta: Bumi Aksara. Cet.1: 2001)

Yatim Badri, Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2000)

Hamka, Sejarah Umat Islam IV, (Jakarta: Bulan Bintang: 1981)

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: PT al-Amin Press, 1996)



[1] Al-Mu'ajm al-Wajiiz, Majma'ul-Lughoh al-Arrabiyyah, huruf Nuun.
[2] Drs. RB. Khatib Pahlawan kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah professional, [Jakarta: Amzah, Cet. 1, 2007], hlm. 17
[3] Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, [Yogyakarta: PT al-Amin Press, 1996],hlm.37

[4]
[5] M. Dawan Raharjo, Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan (1997: 38-39)--- dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), Hal. 133.

[6] Prof. A. Hasymi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang) h. 334.

[7] Siti Waridah dkk, Sejarah Nasional dan Umum SMU.(Yogyakarta: Bumi Aksara,2001) hal. 125

[8] Dr. Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2000) Hal. 191

[9] Jamsudduha.Penyebaran dan Perkembangan Islam, Katolik, Protestan di Indonesia.(Surabaya : Usaha Nasional, 1987) hal. 23

[10] Ibid, hal : 28

[11] Dr. Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2000) Hal. 196
[12] H.J. De Graff dan TH. Pigeaud, Kerajaan Islam pertama di Jawa.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2001) hal. 31
[13] Siti Waridah dkk. Op. cit, hal 135
[14] George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar manajen, (Jakarta: Bumi Aksara 2005) Hal. 43-44
[15] Abd. Syani, Manajeman Organisasi (1987:107)--- dikutip oleh Drs. Hasanuddin, MA. Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005), h. 111
[16] Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei, Metode pengembangan Dakwah. (Bandung, Pustaka Setia, 2002) Hlm. 137-140
[17] Al-qur’an dan terjemahannya, Baitul Mal Hidayatullah (BMH) dan Yayasan Al-Qur’an  suara  Hidayatullah (2012). Hal 64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar