MAKALAH
“PENGGERAKAN DAKWAH”
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah: Manajemen
Dakwah
Dosen Pengampu: Drs. Miftahuddin M.Si
Oleh
: Naharuddin
Jurusan
: Dakwah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Akhir abat dua puluh, makin
marak orang mendirikan lembaga manajemen dakwah. Di berbagai negara, lembaga
manjaemen dakwah didirakan untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan sumber
daya da’i dan mad’u. manusia sebgai sumber daya fisik,intelektual, mental dan
spiritual terus dikembangkan potensinya. Agar daya gunanya maksimal.[1]
Mungkin banyak beranggapan,
bahwa organisasi dakwah Islam tidak perluh manajemen yang rapi. Pemikiran
seperti ini besar kemungkinan didasari pemahaman sebahgian kaum muslimin bahwa
organisasi Islam itu hanya mengurus tentang ceramah dan masjid. Beranjak daripemikiran
ini, akhirnya, masyarakat Islam tidak berkembang. Akibatnya, masyarakat Islam
yang jumlahnya mayoritas di inonesaia, kualitasnya rendah dan posisinya
senantisa marjinal.[2]
Olehnya itu dalam makalah
ini, kami memberikan beberapa cara untuk mengelolah organisasi dakwah Islam,
melalui pendekatan manajemen. Berbicara manajemen tentu tidak lepas dari
kepimimpinan. Dengan demikian kata manajemen selalu digunakan dalam suatu
pimpinan organisasi. Maka organisasi adalah suatu sistem yang bersifat
sosio-teknis. Sistem adalah suatu keseluruhan dinamis yang terdiri dari
bagian-bagian yang berhubungan. Di namis berarti bergerak, berkembang ke arah
suatu tujuan.[3]
B.
LATARBELAKANG MASALAH
1. Bagaimana cara melakukan
bimbingan?
2. Seperti apakah cara menjalin
hubungan?
3. Apa itu penyelenggaraan
komunikasih?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui cara
melakukan bimbingan
2. Agar mampu memahami cara
menjalin hubungan
3. Utuk mengetahui dan memahami
penyelenggaraan komunikasi
BAB II ISI
PENGGERAKAN DAKWAH (TAUJI’H)
A. MELAKUKAN
BIMBINGAN
Bimbingan disini dapat di
artikan sebagai tindakan pembimbing dakwah yang dapat menjamin terlaksanakanya
tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan. Dalam proses pelaksannan aktivitas dakwah itu masih byak hal-hal yang
harus diberika sebagai seabuah arahan atau bimbingan. Hal ini dimaksudkan untuk
membimbing para elemen dakwah yang terkait guna mencapai sasaran dan tujuan
yang telah di rumuskan untuk menghindari kemacetan atau penyimpangan.
Pekerjaaan ini lebih byak dilakukan oleh pembimbing dakwah, karena mereka lebih
banyak mengetahui kebijakan organisasi, yang akan dibawah ke mana arah organisasi.
Adapun komponen bimbingan
dakwah adalah nasihat untuk membantu para da’I dalam melksanakan perannya[4]
serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah:
1. Memberikan perhatian
terhadap setiap perkembangan para anggotanya. Ini merupakan prindip yang
mendasar dari sebuah bimbingan, di mana diharapkan para pimpinan dakwah
memiliki perhatian yang sungguh-sungguh mengenai perkembangan peribadi serta
kemajuan para anggotanya.
2. Memberikan perhatian nasihat
yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersipat membantu, yaitu dengan memberi
saran yang mengenai sterategi dakwah yang diiringi dengan altrnatif-alternatif
tugas dakwah dengan dengan membagi pengetahuan.
3. Memberiakn sebuah dorongan,
ini bisa berbentuk dengan mengikiut sertakan ke dalm perogram
pelatihan-pelatihan yang relevan.
Bimbingan ini bisa dengan memberikan informasi mengenai peluang palathan, serta
pengembagan yang relevan ataun dalambentuk memberikan sebuah penglamana yang
akan membantu tugas selanjutnya.
4. Memberikan bantuan atau
bimbingan kepada seluruh elmen dakwah untuk ikut serta dalam pembuatan
keputusan dan steratrategi perencanaan yang penting dalam rangka perbaikan efektivitas unit orgasnisasi.
Bimbungan yang dilakuakn
oleh manajemen dakwah terhadap pelaksanaan kegitan dapat dilakuakan dengan cara
memberikan perintah atau sebuah petunjuk serta usetaha-usaha lain yang berdifat
memengaruhi atau menetapkan arah tugas dan tindakan mereka.[5]
Dalam konteks ini dituntut kemampuan seorang pemimpin dakwah dalam memberikan
arahan, perintah yang tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap para
anggotanya. Suatu pegarahan atau bimbingan yang baik harus mengikuti syarat
agar berjalan secara efiseien. Adapun syaratan tersebut antara adalah:
a. Sedapat mungkun tegas dan
tegah;
b. Memiliki tujuan yang masuk
akal; dan
c. Sedapat mungkin tertulis.
Dan perluh diperhatian juga
bahwa seorang pemimpin yang berhasil dalam membimbing bukanlah kerena
kekuassaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan
kepada orang lain. Pada tangga inilah puncak loyalitas dari pengikutnya akan
terbentuk..[6] Di sisi lain harus ada
hubungan timbal balik antara sipenerima (para
anggota) dengan pemberi (pemimin) untuk melaksakan dengan tanggung jawab
dan kesadaran serta motivasi yang kuat untuk melaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Dengan begitu akan timbul sebuah singkronisasi dan koordinasi
terhadap berbagai tugas yang diberikan, sehinngga sasaran dakwah dalam sebuah
oraganisasi dapat terarah dan terlaksana.
B. MENJALIN HUBUNGAN
Organisasi dakwah merupakan sebuah organisasi yang
berbentuk sebuah tim atau kelompok (dua individu atau lebih yang berinteraksi
dan salaing bertergantuangan untuk mencapai sasaran tertentu), di mana semua
kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Definisi dari
sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yang berteraksi dan salaing
memengaruhi kea rah tujuan bersama. Untuk itu
diperlukan sebuah jalinan
hubunganyang armonis antara semua elemen yang terkait dalam elemen dakwah.
Sebuah tim merupakan
kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Akan tetapi tidak sekumpulan
orang dapat dikaitkan tim, untuk dapat dianggap sebuah tim, maka sekumpulan
orang tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berukut:
1. Ada berbagai geseakatan
terhadap misi tim. Agar suatu kelompok dianggao sebagai tim yang dapat bekerja
dengan efektif, maka semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya.
2. Semua anggota harus menaati
peraturan tim yang berlaku. Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku,
sehingga dalapat membentuk kerangka usaha mencapai misi dan ketemtun terhadap
peratuaran yangberlaku.
3. Ada pembagian tanggagung
jawab dan wewengan yang adil. Keberadaan sebuah tim tidak menediadakan
sturuktur dan wewenang. Sebuah tim dapat berjalan dengan baik apabila tanggung
jawab dan wewenang dibagi, dan setip anggota diperlakukan secara adil.
4. Orang yang beradaptasi
terhadap hubungan. Oleh karena itu, anggota tim harus daat beradaptasi trhadap
perubahan yang positif.[7]
Secara tradisional, tim
dalam sebuah organisasi di bagi menjadi dua bagian yang miliki karakteristik
tersendiri, yaitu sebuah tim yang bekerja secara formal dan sebuah tim yang
bekerja secara informal.
Secara mendasar terdapat
beberapa alasan mengapa diperlukan sebuah hubungan antarkelompok, yaitu:
1. Keamanan. Dengan bergabung
dalam suatu kelompok, individu dapat menugurangi rasa kecemasan, akan merasa
lebih kuat-perasaan ragu akan terkurangi, dan akan lebih tahan terdapat ancaman
bila mereka merupakan bagian dari sebuah kelopok.
2. Status. Termasuk dalam
hbngan kelompok yang di pandang penting oleh orang lain memberikan seuah
perasaan berharga yang mengikat pada anggota-anggota kelopok itu sendiri.
3. Perhatian. Hubungan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dengan interkasi yang teratur yang
mengiringi hubungan tersebut.
4. Kekuasaan. Apa yang tidak
dapat diperoleh secara individual sering
menjadi mungkin lewat tim, ada kekutan
dengan sebuah tim.
5. Prestasi baik. Ketika
diperlakukan lebih dari satu orang untuk mencapai suatu tugas tertentu, maka
ada kebutuhan untuk mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuatan agar sesuatu
pekerjaan dapat terselesaikan, sehnga dalam kepentingan sebuah manajemen akan
menggunkan suatutim formal.
Tim formal adalah suatu
kelompok kerja yang ditandai dengan didefinisikan oleh sturuktur organisasi
yang dibentuk secara sengaja oleh pemmpin dan diberi tanggung jawab untuk
melalukan tugas tertentu guna membantu organisasi mencapai tujuan. Dalam
kelompok ini yang paling menonjol adalah tim komando yang di dalamnya termasuk
seorang pimimpin dan semua anggota yang bertanggung jawab penuh terhadap
pemimpin tersebut.
Sedangkan tim informal
adalah suatu kelompok yang tidak terusturuktur secara formal atau ditetapkan
secara organisatoris; muncul sebagai tanggapan dalam terhadap kebutuhan akan
kontak sosial. Pada dasarnya sebuah kelompok dalam organisasi yang terbentuk
secara tersendiri akan memiliki pungsi sebagai penyambung hubungan yang
harmonis antara sesama anggota organisasi tersebut. Fungsi dari terbentuknya
sautu tim secara tidak langsung dalam organisasi dakwah adalah:
1. Dapat mempertahankan dan
memperkuat norma atau etika tingka laku yang duhaarapkan dan nilai-nilai yang
dimliki bersama oleh para anggotanya.
2. Memberkaqn sebuah kepuasan,
status, serta kenyamanan sosial oleh para anggotanya.
3. Membantu angota organisasi
dalam menjalani komunikasidari sinilah para anggota dapat beranja secara
informal mengenai hal-hal yang memengaruhi kerja dakwah dengan mngembangkan
sarana informasi secara informal mereka sendiri sebagai nilai plus pada saluran
yang lebih formal. Pada kelompok informal juga dapat di manfaatkan oleh
pemimpin dakwah untuk menyampaikan informasi secara tidak resmi, sehingga apa
yang di inginkan dapat dikomunikankaasihkan secara rileks.
4. Darimkelompok ini diharapkan
dapat membantu menyelesaikan permasalahan organisasi. Para anggota organisasi
dapat mengoreksi hasl kerja memberikan masukan sesama anggota dalam lingkungan
yang lebih kondidif dalam usaha
perbaikan bersama.
Namun dasaranya tim yang
bersifat formal maupu informasi dalam
sebuah organisasi dimaksudkan agar terjadi sebuah kekompakan dan keharmonisan
dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Karena sebuah kerjasama yang sholid
sangat pentng dalam organisasi dakawah untuk mencapai sarana dan menyusun
sebuah strategi dalam menghadapi sebuah tantangan. Dalamkaitan ini, seorang
pemimpin dakwah harus mampu mnciptakan sebuah lingkungan yang kondusif di
antara semua anggota organisasi.
Ada bebeapa cara untuk
menciptakan sebuah lingkunga tersebut, yaitu:
1. Meningkatkan ketertarikan
pribadi. Orang akan cendirung bergabung dan bekerja dengantim yang anggotanya
mereka kenal dan memiliki karisma. Dengan demikian, seorang manejer dakwah
harus mampu mengembagkan dan menarik simpati denga nilai-nilai tertentu yang
cenderung memiliki sebuah kesamaan, yang kemudian bisa dikembangkan dalam
sebuah pelatihan, seminar, dan sebuah kebijakan yang mendorong kebanggan dalam
mencapai sasaran organisasi bersama, yaitu dengan menciptakan sebuah iklim yang
kondisif atau nyaman di antara sesama anggota organisasi tersebut.
2. Meningkatkan interkasi.
Walaupun pada realitanya manusia jarang menykai sesama ornag yang bekerja sama
dengannya, namun dengan meningkatnya interaksi, maka diharpakan dapaat
memerbaiki sebuah perahabatan dan komunikasi yang baik.
3. Menciptakan sebuah tujuan
bersama dan rasa seperjuangan.[8]
Menurut Richardo Guzzo dan
Grogory Shea bahwa; efektifitas sebuah kelompok dalamsebuah organisasi
merupakan suatu fungsi darin tida variabel, yaitu:
1. Interdependesi tugas, yaitu
sejauh mana pekerjaan kelompok menurut para anggotanya untuk saling
berinteraksi.
2. Rasa potensi, yaitu sebuah
kejakinan kolektif dari suatu kelompok bahwa kelompok itu bisa efektif dan akan
maju.
3. Interpendensi hasil, yaitu
beberapa dari pekerjaan suatu kelompok yang memiliki konsekuensi yang dirasakan
oleh para anggotanya.
Untuk menciptakan sebuah
kerja sama yang solid untuk organisasi atau lembaga dakwah, maka dituntut
sebuah kecerdasan dan kerja sama yang baik oleh para pemimpin dakwah. Dalam hal
ini pemimpin dakwah harus mampu memberikan seperangkat tujuan dakwah yang
memungkinkan untuk dapat dicapai, juga dapat dijadikan sebagai tujuan untuk ke
masa depan. Oleh karena itu, para anggota atau kelompok harus diberika sebuah
flaksibilits dalam mengatur tindakan mereka sendiri.
Di samping itu, para anggota
harus memiliki sebuah keoptimisan, bahwa ia mampu melakukan tugas-tugas yang
telah ditentukan dengan sebuah usaha kerja sama yang baik. Beapa tidak, dalam
sebuah organisasi kadang-kadang sebuah tim tidak berjalan sebagaimana yang
diharappkan, dan salah satu factor utamanya adalah manusia yang bekerja dalam
tim tersebut. Untuk itu harus diperhatikan oleh para pemimpin tentang aspek
penghambat kesiksesan kerja sama tim. Di antara aspek penghambat tersebut
meliputi;
a. Identitas pribadi anggota
tim;
b. Hububungan anggota tim; dan
c. Identitas tim dalam
organisasi.
C. PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI
Dalam proses kelancaran
dakwah komunikasi, yakni suatu proses yang digunakan oleh manusia adalah usaha
dalam membagi arti lewat transmisi pesan simbolis merupakan hal yang sangat
pentng. Karena tanpa komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pelaksannan
dakwah, maka pola hubungan dalam sebuah organisasi dakwah. Dari sinilah kerangka
acuan dakwah akan mandek, sebab komunikasi akan memengaruhi seluruh sendi
organisasi dakwah. Dari sinilah kerang acuan dakwah, yaitu untuk menciptakan
sebuah opini yang sebagian besar diperoleh dari informasi melalui komunikasi.
Dalam proses komunikasi ini akan terjadi sebuah proses
kayang melibatkan orang, yang dapat berupah simbol gerakan badan, suara, huruf,
anagka, dan kata yang dapat mewakili tau mendekati ide yang mereka maksudkan
untuk kominikasihkan.
Kinerja komunikasi sangat
penting dalam sebuah organisasi termasuk organisasi dakwah. Adapun manfaat dari
penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana yang efektif dalam sebuah organisasi
adalah:
1. Yang Komunikasi dapat menempatkan orang-orang
pada tempat yang seharusnya;
2. Komunisi menempatkan
orang-oranag untuk terlibat dalam
organisasi, yaitu dengan meningkatkan motivasi untuk menghasilkan kinerja yang
baik dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi;
3. Komunikasi menghasilkan
hubungan dan pengertian yang lebih baik antara atasan dan bawahan, mitra,
orang-orang di luar organisasi dan di dalam organisasi; dan
4. Menolong orang-orang untuk
mengerti perubahan.[9]
Dalam aktivitas dakwah, komunikasiyang efektif dan
efisien dapat dimanfaatkan untuk mengaruhi tindakan manusia (mad’u) kea rah
yang diharapkan.
Paling tidak, ada dua alasan
mengapa diperlukan sebuah komukasi yang
efektif para pemimpin dakwah terhadap para anggotanya, yaitu:
1. Komunkasi akan menyediakan
sebuah chenel umum dalam proses manajemen, yaitu dalam
merencanakan, mengorganisasikan pemimpin, serta mengendalikan. Pemimpin dakwah
dapat mengembangkan sebuah rencana dan sterategi dakwah yang baik kepada
anggotanya dalam sebuah organisasi dalam mendistribusikan wewenang dan
pekerjaan dengan memastikan bahwa kewajiban tersebut menubuhkan sebuah motivasi
yang kemudian diaktifkan lewat kegiatan dakwah secara sistematis.
2. Ketermpilan komuniakasi yang
efektif dapat membuat para pemimpin dakwah menggunkan berbagai keterampilan
serta bakat yang dimilikinya dalam duniaorganisasi. Terlebih aktivitas dakwah
sangat diperlukan dalam akses komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Semakin baik komunikasi yang dilakukan oleh seorang manajer dakwah atau seorang
da’I sendiri, maka akan semakin baik pula job
performance dan hasil pekerjaan mereka. Dalam proses organisasi ternyata
hampir separuh pekerjaan dari pemimpin dakwah adalah untuk berkomunkasi, baik
dalam proses prestasi rencana, memberikan arahan, serta menyampaikan informasi.
Komunikasi yang berimbang dalam kegiatan manajemen akan dapat menyalurkan dan
mempertukarkan informasi di antara semua pihak yang terbaik dalam proses
manajemen. Dalam proses aktivitas dakwah komunikasi yang berimbang akan lebih
mudah untuk diterima dalam proses impati[10]
dan disebarluaskan kepada para anggota masyarakat lainnya.
Menurut Minzeberg ada tiga
komponen peran komunikasi dalam manajerial, yaitu:
1. Dalam peran antarpribadi
mereka, pemimpin brtindak sebagai tokoh dari unit organisasi, berinteraksi
dengan karyawan, pelanggangan, dan rekan sejawat dalam organisasi.
2. Dalam peran informasi
mereka, manajer mencari informasi dari rekan sejawat karyawan dan kontak
pribadi yang lain mengenai sesuatu yang mungkin memengaruhi pekerjaan dan
tanggung jawab mereka. Sementara pada waktu yang lain untuk menyebarkan
informasi yang penting serta menarik.
3. Dalam perang mengambil
keputusan mereka, manajer mengimplementasikan proyek baru, menangani gangguan,
dan mengalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen. Beberapa
hari keputusan yang dibuat oleh manajer dapat dilakukan sendiri, tetapi itu
berdasarkan informasi yang dikominkasihkan kepadanya. Manajer pada gilirannya
harus menyapaikan keputusan tadi pada orang lain.[11]
Walaupun demikian, ada
kendala-kendala yang harus diperhatkan oleh organisasi atau lembaga dakwah
permanfaatan komunikasi. Karena itu harus melihat, bahwa apa yang terjadi pada
masyarakat (mad’u) cenderung akan lebih selektif lebih aktif, kritis dalam
menerim pesan-pesan yang akan diajuhkan kepadanya. Karena masyarakat tidak lagi
terus menjadi sasaran objek, tetapi akan menjadi mitra, setara dengan
komunikator. Oleh karenanya, komunikator harus menyadari bahwa tindakan selalu
menjadi pemanah melainkan akan menjadi pelayan pesan dan komunikan harus aktif
memilih pesan yang ditawarkan oleh organisasi berdasarkan keputusan, minat,
selera, tingkat intelektualitas dan pendidikan, profesi, sistem nilai, agresi
pengalaman hidup, serta lingkungan.
Hambatan yang sering terjadi
dalam komunikasih yaitu: hambatan proses, hambatan fisik, hambatan semantik,
dan hambatan psiko-sosial. Hambatan ini baik berkaitan dengan komunikasi
antarpribadi maupun komunikasi dalam organisasi.
BAB III
KESIMPULAN
1. Bimbingan dapat di artikan
sebagai tindakan pembimbing dakwah yang dapat menjamin terlaksanakanya
tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan. Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk membantu para
da’I dalam melksanakan perannya serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan
tugasnya.
2. Menjalin hubungan dalam Organisasi
dakwah sangatlah penting karena organisasi merupakan sebuah organisasi yang
berbentuk sebuah tim atau kelompok (dua individu atau lebih yang berinteraksi
dan salaing bertergantuangan untuk mencapai sasaran tertentu), di mana semua
kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Definisi dari
sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yang berteraksi dan salaing
memengaruhi kea rah tujuan bersama. Untuk itu
diperlukan sebuah jalinan
hubunganyang armonis antara semua elemen yang terkait dalam elemen dakwah.
3. Tanpa komunikasi yang
efektif antara pemimpin dengan pelaksannan dakwah, maka pola hubungan dalam sebuah
organisasi dakwah. Dari sinilah kerangka acuan dakwah akan mandek, sebab
komunikasi akan memengaruhi seluruh sendi organisasi dakwah. Dari sinilah
kerang acuan dakwah, yaitu untuk menciptakan sebuah opini yang sebagian besar
diperoleh dari informasi melalui komunikasi.Dalam proses komunikasi ini akan
terjadi sebuah proses kayang melibatkan orang, yang dapat berupah simbol
gerakan badan, suara, huruf, anagka, dan kata yang dapat mewakili tau mendekati
ide yang mereka maksudkan untuk kominikasihkan.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, “ESQ”,
(Jakarta: PT Arga, 2003),
Mannan
Abdul, Sterategi Pengembangan Dakwah
(MC Publising, Kota Depok Jawa Barat, 2005)
Munir,
Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Kencana Jakarta 2009)
Kadarmen,A.M. Pengantar
Ilmu Manajemen, (Gremedia Pustaka Utama, Jakarta 1997)
[1] Abdul Mannan, Sterategi Pemenagnan Dakwah, (Jakarta,
22 Juni 2005) hal, 1
[2] Ibid, 6
[3] Kadarmen,A.M. Pengantar Ilmu Manajemen, (Gremedia
Pustaka Utama, Jakarta 1997) hal 228
[4] Seperangkat pola perilaku
yang dihadapkan dan dikaitkan dengan seseorang yang menduduku suatu posisi
tertentu dalam sesuatu emosional.
[5] A. Rasyid Shaleh, Manajemen
Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) hal 118.
[6] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosional dan Spiritual, “ESQ”, (Jakarta: PT Arga, 2003), hal 107.
[7] M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Galia
Indonesia, 2001), hal 166-167
[8] Rasa seperjuangan ini
didasarkan atas dasar persamman (musawah),
persaudaraan (ukhuwah), cinta kasih (mahabbah), damai (silm), tolong-menolong (ta’awun),
dan toleransi (tasamuh).
[9] Ron Loudlow, Fergus
Panton, The Essense of Effective Communication; Komunikasi Efektif, (Yogyakarta: Andi, 2000), hal 4-5.
[10] Proses seseorang dalam
mengeluarkan tangan kepada orang lain dan kemudian untuk mengadakan sebuah
hubungan. Lihat, Uda’I pareek, Perilaku
Organisasi ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antara Pribadi dan kerja,
(Jakarta: Pustaka Bidaman Persindo, Motivasi 1994), hal 5-6
[11] Henny Mintzberg, The Manager’s Job; Folklore and Fa
(Harvard: Bussiness Review 53, No. 4, Juli-Agusstus 1957),