KONSEP DASAR KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
- Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi – informasi dan transportasi memungkinkan
manusia seluruh dunia berinteraksi secara intensif. Kontak antarbudaya tak terelakkan.
Dunia menjadi apa yang disebut oleh Marshall Mac Luhan sebagai “Global Village”. Kontak antarbudaya ini
tidak dengan sendirinya berjalan mulus, karena terdapat perbedaan budaya antara
orang-orang yang berinteraksi tersebut. Perbedaan ini meliputi perbedaan
bahasa, norma, dan ekspektasi (harapan) sehingga mempersulit komunikasi
yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya atau bangsa tersebut.
1.
Mobilitas.
Perjalanan manusia ke berbagai penjuru dunia dalam kunjungan untuk mengenal daerah baru,
budaya-budaya lain, orang-orang yang berbeda, menggali peluang bisnis-ekonomis.
2. Saling Kebergantungan Ekonomi
·
Banyak negara yang
saling menggantungkan dalam hal ekonomi
·
Contoh: Amerika - dalam
melakukan ekspansi perdagangan ke negara-negara Eropa ataupun Asia Timur yang memiliki perbedaaan kultur (Jepang-Korea-Taiwan-China,dll)
- bergantung pada kemampuan komunikasi secara efektif
3. Teknologi
Komunikasi
·
Teknologi
komunikasi yang pesat membawa kultur lain masuk ke dalam suatu negara
· Membuat komunikasi antarbudaya menjadi mudah, praktis dan
tidak terhindarkan
· Contoh: film-film seri impor di TV, berita-berita seperti
ketegangan rasial, pertentangan agama, diskriminasi seks.
4. Pola Imigrasi
·
Tugas belajar dari
suatu negara
· Tenaga kerja asing dari suatu negara
5. Kesejahteraan
Politik
·
Kesejahteraan politik
suatu negara sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara
lain
·
Contoh: kekacauan
politik di belahan dunia lain – Afrika Selatan, Polandia, Timur Tengah,
misalnya – juga mempengaruhi keamanan negara kita bahkan negara-negara yang memiliki
kepentingan dengan negara tersebut.
6. Pada dasarnya latar belakang timbulnya Komunikasi
Antarbudaya ada tiga faktor yaitu:
· Kesadaran Internasional (International Awareness)
· Kesadaran Domestik (Domestic Awareness)
· Kesadaran Pribadi (Self Awareness)
- Arti Penting Mempelajari Komunikasi Antarbudaya
Menurut Litvin, arti penting mempelajari Komunikasi Antarbudaya (1977, Dedy
Mulyana, 2001):
1. Dunia sedang
menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan
2. Semua budaya
berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun
nilai-nilai berbeda.
3. Nilai-nilai
setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya.
4. Setiap
individu dan atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
5. Perbedaan-perbedaan
individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar
yang berlaku.
6. Pemahaman
atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan
memahami nilai-nilai budaya lain.
7. Dengan
mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita
memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan, dan
masalah manusia.
8. Pemahaman
atas orang lain secara lintas budaya dan antarpribadi adalah suatu usaha yang
memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu
bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia,
tapi semakin berbahaya untuk memahaminya.
9. Pengalaman-pengalaman
antarbudaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian.
10. Keterampilan-keterampilan
komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang
monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multicultural.
11. Perbedaan-perbedaan
budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun
perbedaan-perbedaan tersebut secara arbriter tidaklah menyusahkan atau
memudahkan.
12. Situasi-situasi
komunikasi antarbudaya tidak statis dan bukan pula stereotip. Karena itu,
seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Ia harus
disiapkan untuk menghadapi suatu situasi eksistensial. Dalam konteks ini
kepekaan, pengetahuan dan keterampilannnya bisa membuatnya siap untuk berperan
serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi komunikasi – informasi yang terus
berubah, dunia yang dipenuhi oleh masyarakat manusia yang bersifat mobil dan
dinamik, menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks apapun dan berjumpa
dengan partner-partner komunikasi yang sama sekali belum pernah dikenal maupun
terbayangkan sebelumnya, muncul persoalan-persoalan Komunikasi Antarbudaya yang
semakin kompleks dan luas, tidak hanya menyangkut nilai-nilai budaya saja
tetapi juga aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, teknologi dan berbagai aspek
lainnya.
Secara umum matakuliah ini membahas
permasalahan-permasalahan komunikasi yang berlangsung antara kelompok-kelompok yang berbeda budaya yang
dilakukan dengan berbagai pendekatan yang bersifat interdisipliner yakni
bahasa, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu komunikasi sendiri. Pembahasan juga berkisar pada permasalahan
komunikasi yang berlagsung di luar batas-batas budaya, baik yang terjadi dalam
hubungan antara kelompok-kelompok etnis
(dengan merujuk berbagai kasus yang terjadi di Indonesia) maupun yang terjadi
dalam hubungan antarbangsa
C. Definisi Komunikasi Antarbudaya.
Adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang dari
kultur yang berbeda antara orang-orang
yang memiliki kepercayaan, nilai atau cara berprilaku kultural yang berbeda.
Definisi lain:
a. Intercultural communication …… the art of understanding and being understood by the audiece of another
culture (Sitaram, 1970)
b. Communication is cultural when occurring between peoples of different
culture (Rich, 1974)
c. Intercultural
communication …… communication which occurs under condition of
cultural differences-language, values, costumes, and habits (Stewart, 1974)
d. Intercultural
communication ….. interaction between members of differing cultures
(Sitaram &Cogdel, 1976)
e. Intercultural
communication is the process of exchange of thoughts and meaning
between people of differing cultures (Gerhard Maletzke, 1976)
f. Intercultural
communication …… refers to the communication phenomenon in which
participants, different in culture backgrounds, come into direct or indirect
contact with one another (Young Yung Kim, 1984)
g. Dua konsep penting dalam pengertian komunikasi
Antarbudaya adalah:
-
Kontak
-
Komunikasi
D. Hubungan Komunikasi Dan Budaya
·
Asumsi dasar:
- Komunikasi
berhubungan dengan prilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan
berinteraksi dengan manusia – manusia lainnya.
- Pesan - pesan
tersampaikan lewat prilaku komunikasi
·
Prilaku dapat
disebut pesan jika : dapat diobservasi dan mengandung makna, artinya setiap
prilaku yang dapat diartikan adalah suatu pesan
·
Implikasinya?
1. kata “setiap”
menunjukkan – baik verbal/nonverbal – dapat berfungsi sebagai pesan
2. prilaku mungkin
disadari ataupun tidak disadari
3. prilaku tanpa
sengaja memilki potensi komunikasi “we
can not not communication”
·
Definisi komunikasi
(Samovar, 1997:15) adalah :
1. proses dinamik
transaksional yang mempengaruhi prilaku.
2. sumber dan penerimanya sengaja menyandikan (to code)
prilaku untuk menghasilkan pesan yang disalurkan lewat media (channel)
3. guna merangsang
atau memperoleh sikap atau prilaku ttt.
·
Delapan Unsur
Komunikasi Yang Disengaja:
1. Source (sumber) : individu
yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi
2. Encoding (penyandian) : kegiatan internal seseorang untuk
memilih dan merancang prilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai dengan
aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptkan pesan.
3. Message (pesan) :
sesuatu yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud
mempengaruhi penerima.
4. Channel (saluran) :
alat fisik yang memindahkan pesan dari sumber ke penerima.
5. Receiver (penerima) : orang yang menerima pesan dan
sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan.
6. Decoding (penyandian
balik): proses internal penerima dan pemberian makna kepada prilaku sumber yang
mewakili persaan dan pikiran sumber.
7. Receiver
response (respons penerima) : Respon
minimal dan Respon maksimal
8. Feedback
(umpan balik) : informasi yang
tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang
dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan
dalam komunikasi selanjutnya.
·
Ciri Komunikasi
Sebagai Proses:
1. Dinamik, suatu aktivitas yang terus berlangsung dan selalu
berubah
2. Interaktif, komunikasi terjadi antara sumber dan penerima
3. Irreversible, pesan yang
didekodekan dalam proses komunikasi tidak dapat ditarik kembali dan tidak tanpa
berpengaruh tetapi efek pertama yang tidak dapat ditiadakan.
4. Konteks fisik dan konteks sosial.
·
Jadi :
- komunikasi manusia tidak terjadi dalam “ruang hampa” sosial,
tetapi komunikasi merupakan suatu tindakan-tindakan sosial yang rumit dan
saling berinteraksi serta terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang kompleks.
- Lingkungan sosial merefleksikan bagaimana orang hidup, bagaimana
orang berinteraksi dengan orang lain.
- Lingkungan sosial adalah budaya, untuk memahami komunikasi harus
memahami budaya.
·
Komunikasi Adalah
Budaya Dan Budaya Adalah Komunikasi? “Komunikasi Dapat Mengubah Budaya”
-
Enkulturasi : Proses
pen-transmisi-an suatu kultur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
-
Akulturasi : proses modifikasi kultur melalui kontak
atau pemaparan secara langsung dengan
kultur lain – misalnya melaui media massa.
·
Melalui pengaruh
budaya manusia belajar komunikasi.
·
Inti Komunikasi
adalah persepsi yaitu :
-
Proses internal
yang dilakukan untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan
dari lingkungan eksternal (Samovar,1993:27)
-
Cara organisme
memberi makna (John R.Wenburg dan William W.Wilmut, 2000: 167)
-
Proses menafsirkan
informasi indrawi (R.F.Verderber, 2000:167)
-
Interpretasi
bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal; pengetahuan yang
tampak mengenai apa yang ada di luar sana (J.Cohen, 2000: 167)
·
Inti persepsi
adalah penafsiran (interpretasi)
·
Tiga aktivitas
dalam persepsi (kenneth k. Sereno):
1. Seleksi, meliputi sensasi dan atensi
2. Organisasi
3. Interpretasi
E. Hambatan Komunikasi Antarbudaya:
·
Hukum Murphy: “Jika
Sesuatu Bisa Salah, Dia Akan Salah”. Karenanya perlu mengenali beberapa
hambatan dalam komunikasi antarbudaya. Tujuannya yakni dapat membantu kita
menghindari atau menanggulangi akibat-akibat yang negatif.
·
Ada beberapa
hambatan komunikasi antarbudaya (Barna, 1988; Ruben,1985) yakni:
1.
Mengabaikan
Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural Berbeda.
Semua
diasumsikan bahwa “yang ada” hanya kesamaan, artinya semua manusia itu sama.
Ini tidak benar.Ingat hipotesis Sapir-Whorf tentang relativitas bahasa
Contoh:
Orang Amerika
yang mengundang rekan sekerjanya dari Filipina untuk makan malam di rumahnya.
Namun orang Filipina menolak undangannya. Menurut orang Filipina undangan makan
malam orang Amerika itu tidak tulus. Baru kalau dia sudah mengajaknya beberapa
kali, menurut budaya Filipina, ajakan itu merupakan sesuatu yang tulus.
Bagaimana menurut orang Amerika? Ajakan pertama tersebut, jika tidak mau akan
dianggap sebagai prilaku yang egois dan tidak bersahabat.
2.
Mengabaikan
Perbedaan Antara Kelompok Kultural yang Berbeda.
·
Setiap kelompok
Kultural memiliki perbedaan yang penting. Suku Dayak memiliki budaya yang
berbeda dengan budaya suku Madura. Begitu juga suku budaya Jawa berbeda dengan
budaya Sunda, Padang, etc. Bila Mengabaikan Perbedaan? Terjebak dalam
Stereotipe.
Contoh: Konsep “tanah” : (Dayak) “Tanah adalah Hidup dan Mati”
(Madura) “Tanah adalah milik Tuhan.” Jadi dimanapun manusia Madura berada boleh
menempati, (Bali) “Jual tanah buat beli Bakso – (Jawa) “Jual Bakso buat beli
tanah”
·
konsep tersebut
tidak sinkron
·
timbul arogansi
masing-masing suku (etnosentris yang berlebihan)
·
Ingat pribahasa
yang mengatakan “ Dimana tanah dipijak, di situ langit dijunjung” artinya kita harus
mengikuti dan menghormati adat – istiadat negeri setempat.
3. Mengabaikan Perbedaan dalam Makna (Arti)
·
Makna tidak hanya
terletak pada kata-kata yang digunakan tetapi tetapi pada orang yang
menggunakan kata-kata itu.
Contoh : kata “makan malam” bagi petani miskin akan berbeda
makna bagi eksekutif puncak dalam perusahaan. Kata “agama” juga memiliki makna
yang berbeda bagi pemeluk agama Islam dan bagi seorang Atheis.
·
Bahasa Nonverbal
memiliki perbedaan makna yang sangat besar.
Contoh :
“bertepuk
tangan di atas kepala” (Amerika) : menyatakan kemenangan, (Rusia) : menyatakan
persahabatan
“mengangkat dua jari membentuk V” (Amerika) : kemenangan, (Amerika Selatan)
: cabul
4. Melanggar Adat Kebiasaan Kultural.
·
Setiap kultur
memiliki aturan komunikasi sendiri-sendiri.
·
Aturan itu
menetapkan prilaku-prilaku komunikasi yang boleh ataupun yang tidak boleh.
·
Contoh : dalam
kultur Amerika seseorang harus membuat janji kencan dengan teman
kencannya antara dua atau empat hari sebelumnya. Di negara Asia, seseorang
mungkin perlu memberitahu orang tua teman kencan dalam beberapa minggu atau
bahkan beberapa bulan sebelumnya.
5. Menilai Perbedaan Secara Negatif.
·
Perbedaan kultur
tidak boleh dinilai sebagai suatu yang negatif (Labarre, 1964)
·
Contoh : - meludah
di tempat umum,
bagi kebanyakan kultur Barat : tanda penghinaan dan ketidaksenangan
bagi suku di Afrika : tanda afeksi
bagi suku Indian di Amerika : isyarat keramah-tamahan.
bagi orang Indonesia?
6. Kejutan Budaya. (Shock Culture)
·
Yaitu reaksi
psikologis yang dialami seseorang karena berada di tengah suatu kultur yang
berbeda dengan kulturnya sendiri
·
Bersifat normal
·
Faktor : kultur
baru dan berbeda, perasaan terasing, menonjol, dan berbeda dari yang lain
·
Orang yang
mengalami kejutan budaya karena tidak memahami beberapa hal mendasar yakni
tentang:
1)
bagaimana minta
tolong atau memberikan pujian kepada seseorang
2)
bagaimana
menyampaikan atau menerima undangan makan malam
3)
seberapa dini atau
terlambat datang memenuhi janji, atau
berapa lama harus berada di sana
4)
bagaimana
membedakan kesungguh-sungguhan dari senda-gurau dan sopan santun dari
keacuh-tak-acuhan
5)
bagaimana
berpakaian untuk situasi informal, formal, atau bisnis
6)
bagaimana memesan
makan di restoran atau bagaimana memanggil pelayan
·
Tahapan-tahapan
dalam Kejutan Budaya (Kalervo Oberg,1960)
1)
Masa Bulan Madu. Pada awal mula merasakan adanya kegembiraan, terpesona
dengan kultur yang baru dan masyarakatnya
2)
Krisis. Perbedaan kultur seseorang dengan kultur yang baru
menimbulkan masalah.
3)
Pemulihan. Memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bertindak
secara efektif.
4)
Penyesuaian. Dapat menyesuaikan diri dan memasuki kultur baru serta
mendapatkan pengalaman baru.
7. Ethnosentrisme
·
Yakni kecenderungan
untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan, dan perilaku dalam kultur sendiri
sebagai sesuatu hal yang lebih baik, lebih logis, dan lebih wajar ketimbang
dalam kultur lain.
·
Memiliki kaitan
dengan Seksisme, Rasisme, dan Heteroseksisme.
1)
Seksisme yakni istilah yang
dipakai bertautan dengan jenis kelamin.
2)
Rasisme yakni istilah yang
mengacu pada ras (bangsa atau suku bangsa) seseorang yang bernada menghina dan
merendahakn anggota subkultur yang dilakukan oleh kelompok mayoritas.
3)
Heteroseksisme yakni
istilah yang dipakai untuk melecehkan / merendahkan pria homoseks dan wanita
lesbian.
8.
Kesadaran (Mindfulness) dan Ketidaksadaran (Mindlesness) (Ellen Langer (1978,1989)
·
Orang dan sistem
kultur lain memang barbeda tetapi tidak lebih buruk atau lebih baik daripada
sistem yang ada.
·
Interaksi
komunikasi dengan orang yang berbeda budaya sering menimbulkan ketidaksadaran
diri sehinga bertindak irasional.
·
Bila kesadaran
dibangunkan, misalnya dalam diskusi akademis, menimbulkan cara berpikir yang
logis dan rasional.
F. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Antarbudaya
1. Komunikasi antarbudaya. Misalnya, antara orang Cina dan
Portugis, antara orang Perancis dan orang Norwegia.
2. Komunikasi antara
Ras yang berbeda (komunikasi antarras). Misalnya, antara orang kulit hitam dan
orang kulit putih.
3. Komunikasi
antara kelompok etnis yang berbeda (komunikasi antaretnis). Misalnya, antara
orang Amerika keturunan Italia dengan orang Amerika keturunan Jerman.
4. Komunikasi
antarkelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan
Budha, atau antara orang Islam dan orang Yahudi
5. Komunikasi
antarbangsa yang barbeda (komunikasi internasional). Misalnya, antara Amerika
Serikat dan Meksiko, atau antara Perancis dan Italia.
6. Komunikasi
antarsubkultur yang berbeda. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum
heteroseks, atau antara tunan netra dan tuna rungu
7. Komunikasi
antara suatu subkultur dan kultur dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dan
kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda
8. Komunikasi
antara jenis kelamin yang berbeda. Yaitu antara pria dan wanita.
G. Hakikat Komunikasi Antarbudaya
·
Kultur adalah gaya
hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat – yang terdiri atas
nilai-nilai, kepercayaan, artefak, cara berprilaku, serta cara berkomunikasi –
yang ditularkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya ( Devito, 1997: 479)
·
Kultur adalah
tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki,
agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, obyek-obyek materi
dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi
melalui usaha individu dan kelompok
(Larry A. Samovar & Richard E. Porter,1993:19).
·
Budaya tampak
sebagai:
-
Bahasa
-
Kegiatan dan
prilaku
-
Gaya komunikasi
·
Kultur (Kroeber dan
Kluckhohn) adalah:
a. Keseluruhan pola prilaku dan pola
untuk mengatur prilaku,
b. Baik yang terumus secara
jelas-jelas maupun yang tidak perlu dinyatakan secara jelas,
c. Diperoleh dan
dipahami serta diteruskan lebih lanjut dengan menggunakan lambang-lambang,
d. Serta merupakan
hasil khusus yang hanya mungkin dicapai
oleh manusia secara berkelompok,
e. Termasuk hasil
pengejawantahannya ke dalam wujud benda-benda buatan.
·
Budaya sebagai pola
prilaku, artinya budaya merupakan produk tingkah laku yang dikerjakan secara
berulang-ulang dan menjadi seperti teradat.
·
Budaya sebagai pola
untuk mengatur prilaku, artinya bahwa budaya itu berupa keseluruhan
ketentuan-ketentuan normative yang mensyarati bagaimana tingkahlaku-tingkahlaku
yang akan datang harus dikerjakan.
H.
Tiga Dimensi Komunikasi Antarbudaya.
1. Tingkat Masyarakat Kelompok Budaya Dari Para Partisipan.
Dimensi ini menunjukkan bahwa kebudayaan merupakan istilah yang merujuk
pada berbagai macam tingkat lingkupan dan kompleksitas organisasi sosial.
Istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian, yaitu:
·
Kawasan-kawasan di
dunia, misalnya budaya timur, budaya barat.
·
Subkawasan-kawasan
di dunia, misalnya : budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
·
Nasional / negara,
misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
·
Kelompok-kelompok
etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam, budaya Amerika
Asia, budaya Cina-Indonesia.
·
Macam-macam
subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures
(budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan
2.
Konteks sosial
(ranah) tempat terjadinya Komunikasi Antarbudaya
Konteks sosial KAB dapat meliputi: bisnis, organisasi,
pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang
sementara, perkembangan alih teknologi/pembangunan//difusi-inovasi, dan
konsultasi terapis. Dalam hal ini, konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB
memberikan para partisipan hubungan-hubungan antarperan, ekspektasi-ekspektasi,
norma-norma, dan aturan-aturan tigkah laku yang khusus.
3. Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan Komunikasi
Antarbudaya (verbal - non-verbal)
Dimensi ini menunjukkan tentang saluran yang digunakan dalam komunikasi
antarbudaya. Secara garis besar, saluran komunikasi dapat dibagi menjadi:
·
Saluran
antarpribadi/perorangan
·
Media massa.
L. Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
1.
Relativitas Bahasa
·
Menyatakan bahwa
bahasa dan karakteristiknya mempengaruhi pemikiran (kognisi) dan prilaku
manusia. Artinya, bahasa-bahasa di dunia yang memiliki perbedaan karakteristik
semantik dan struktur akan mempengaruhi cara pandang dan berpikir yang barbeda
pula pada seseorang tentang dunia.
·
Contoh, orang Inggris
hanya mengenal istilah Coconut untuk
menyebut “kelapa” sedangkan orang Jawa memiliki sebutan yang barbeda-beda dalam
menyebut “kelapa” jika dilihat dari
bentuk yang paling kecil sampai ke yang paling besar. Kelapa yang masih
berbunga disebut “manggar”, kelapa yang masih kecil disebut “cengkir”, kelapa
yang masih muda disebut “degan” dan yang sudah tua disebut “kelapa”.
Nuansa-nuansa perbedaan nama dalam budaya Jawa inilah barangkali yang tidak
terekam oleh budaya Inggris.
·
Oleh karena itu
perbedaan bahasa dalam berkomunikasi tidak harus menghentikan komunikasi
antarbudaya yang efektif. Perbedaan bahasa itu tidak harus mengakibatkan
perbedaan Persepsi, Pemikiran, dan Prilaku.
·
Teori Relativitas
bahasa ini disebut juga sebagai
Hipotesis Sapir-Whorf, Tesis Whorfian
·
Tokoh: Benjamin Lee
Whorf dan Edward Sapir
2. Bahasa Sebagai
Cermin Budaya.
·
Bahasa mencerminkan
budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar perbedan komunikasi baik
dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.
·
Makin besar perbedaan
budaya antarbudaya (dan karenanya makin besar perbedaan komunikasi) maka makin
sulit komunikasi itu dilakukan. Kesulitan itu dapat mengakibatkan, misalnya ,
lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar
kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong
kompas (bypassing)
·
Mengurangi
hambatan: diperlukan teknik khusus untuk menanganinya (lihat: “Pintu Masuk
Komunikasi Antarbudaya:)
3. Mengurangi Ketidakpastian.
·
Makin besar
perbedaan antarbudaya, makin besar ketidapastian dan ambiguitas dalam
komunikasi (Berger & Bradac,1982; Gudykuns, 1989). Oleh karenaya harus
diupayakan untuk mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas .
·
Contoh: HAM (AS) :
daging babi, (Ind) : Hak Asasi Manusia.
4. Kesadaran Diri Dan Perbedaan Antarbudya
·
Makin besar
perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi (Gudykuns,1989; Langer, 1989)
·
Memiliki
konsekuensi positif dan negatif.
·
Positif: kesadaran
diri membuat seseorang lebih waspada serta mencegah hal-hal yang tidak peka
atau tidak patut.
·
Negatif : terlalu
berhati-hati, tidakn spontan, kurang PD (percaya diri).
5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
·
Perbedaan
antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur
berkurang ke tingkat pentingnya ketika hubungan menjadi lebih akrab (Altman
& Taylor,1973; Gudykuns,1989)
·
Adanya kemungkinan salah
persepsi dan salah menilai
orang lain yang disebabkan oleh faktor:
-
terbatasnya
informasi.
-
Prasangka dan bias yang berpadu dengan ketidakpastian
yang berlebihan
6. Memaksimalkan
Hasil Interaksi (Sunnafrank, 1989)
·
Tiga konsekuensi
implikasi penting bagi komunikasi antarbudaya:
-
Selektivitas
berinteraksi. Adanya kecenderungan berafiliasi dengan teman yang memiliki banyak
persamaan sifat ketimbang dengan yang barbeda
-
Bila positif, akan
meningkatkan komunikasi; namun bila negatif akan berusaha untuk mengurangi dan
menghindari dalam komunikasi.
-
Prediksi terhadap
prilaku yang dapat memberikan hasil positif (pilihan topik pembicaraan, posisi
yang dapat diambil, prilaku nonverbal yang ditunjukkan, frekuensi pembicaraan
yang dilakukan).
M. Corporate Culture Dalam
Budaya Komunikasi
·
Budaya organisasi (corporate
culture) muncul tahun 1990-an, karena adanya kesadaran bahwa kerangka
kerja organisasi seperti teknologi,
sistem, struktur , strategi, gaya kepemimpinan, dan karyawan tidak dapat
dipisahkan dari landasan nilai-nilai yang hidup dan dihayati. Artinya,
rasionalitas organisasi dalam mengejar tujuan bersama tidak melepaskan
nilai-nalai martabat manusia.
Contoh: otomotif
jepang di tahun 1970-an mengungguli
otomotif made in amerika. Hal ini dipicu karena adanya kesadaran tentang
pentingnya nilai-nilai martabat manusia bagi orang jepang meskipun dari segi
teknologi, struktur organisasi, dan sistem kerja, dan insentif ekonomi sama.
·
Apa itu corporate
communication (budaya organisasi)?
Pola asumsi-asumsi dasar bentukan, temuan, atau
pengembangan oleh suatu kelompok orang yang telah bekerja dengan cukup baik
untuk mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal meupun integrasi internal
sehingga dianggap perlu untuk diajarkan juga kepada para anggota baru sebagai
cara yang benar dalam memandang, berpikir,
dan merasa tentang masalah-masalah yang dihadapinya. (edgar
schein,1985:9)
·
Ada 6 ciri budaya
organisasi:
1. Merupakan hasil belajar dalam pergaulan sosial dan tidak ada
hubungannya dengan keturunan atau ciri-ciri biologis.
2. Merupakan sistem nilai yang dianut dan dihayati bersama oleh
segenap anggota kelompok sosial.
3. Hidup dari generasi ke genarasi
4. Mengandung sifat simbolik dan muncul atas dasar kemampuan
orang-orang dalam menciptakan lambang yang mengandung nilai,
5. Menunjukkan pola, keteraturan, dan terintegrasi sebagai suatu
kebulatan’
6. Mempunyai kemampuan adaptif atau dapat berubah karena merupakan
manifestasi dari mekanisme adaptasi dengan lingkungan.
·
Dalam organisasi
bisnis apapun, kegagalan dapat terjadi pada sistem lapisan manapun. Hal ini
dikarenakan adanya budaya kuat maupun budaya lemah dalam sistem budaya
masing-masing organisasi.
·
Pembedaan budaya
kuat dan budaya lemah didasarkan pada jumlah anggota organisasi yang
menerimanya serta pendalaman / intensitas penghayatan tentang norma-norma atau
kaidah-kaidah yang menjadi anutan.
Intensitas penghayatan budaya organisasi menunjukkan penerimaan secara
utuh dan konsisten lapisan unsur budaya
baik secara internal maupun secara eksternal. Intensitas penghayatan seseorang
dalam organisasi semakin mendalam bila mana pimpinan menunjukkan komitmen
secara penuh. Sehingga budaya yang kuat dap[at mempengaruhi perilaku semua
karyawan di semua lini dalam organisasi.
·
Tiga unsur budaya
dalam masyarakat yang bersifat universal:
1. Norma-norma atau nilai-nilai yang bersifat abstrak
2. Perilaku (baca: perilaku simbolik termasuk interaksi komunikasi)
3. Artefak (benda-benda fisik)
·
Kedangkalan
penghayatan budaya di kalangan anggota dalam suatu organisasi bersumber pada
dua faktor:
1. Kepentingan terpendam
merupakan budaya bawah tanah/terpendam (latent culture)
2. Komitmen pimpinan yang telah kehilangan kepekaan relaitas tentang
perubahan-perubahan yang tengah terjadi baik dalam lingkungan bisnis,
lingkungan luar, maupun lingkungan kerja karena akal budinya mengalami
kekacauan psikologis (psychological disorders)
N. Pedoman Komunikasi Antarbudaya Yang
Efektif
·
Menghindari
Hambatan; saran yang penting adalah:
1.
Menyadari perbedaan
kultur masing-masing individu.
2.
Bila ragu,
bertanyalah;
3.
Jangan
mengasumsikan kesamaan;
4.
Tetapi pada waktu
yang sama, menyadari manfaat mencari kesamaan dan menekannya pada saat
berkomunikasi
5.
Menyadari bahwa
setiap kelompok apapun memiliki perbedaan.
6.
Tidak bersikap
stereotype dan terlalu menggeneralisasi
7.
Tidak mengasumsikan
bahwa perbedaan dalam satu kelompok tidak penting.
8.
Yang perlu diingat
bahwa setiap makna itu berada pada orang dan bukan pada kata-kata atau
gerak-gerik.
9.
Periksalah makna
yang diberikan (oleh Komunikator) dengan maksud lawan bicara.
10. Pastikanlah bahwa setiap kesamaan atau perbedaan dalam
makna yang diasumsikan memang benar-benar ada.
11. Menghargai adat kebiasaan budaya yang berlaku dalam
sembarang konteks komunikasi antarbudaya.
12. Jangan menganggap bahwa adat yang kita miliki adalah yang
paling benar. Bila ragu, bertanyalah.
13. Menghidari evaluasi negatif terhadap perbedaan kultur,
baik secara verbal maupun nonverbal.
14. Pandanglah adat kebiasaan budaya (kultur kita maupun
kultur yang lain) sebagai sesuatu yang bersifat arbriter (manasuka) dan menyenangkan bukan sebagai sesuatu yang
natural dan logis.
15. Menghindari kejutan budaya dengan mempelajari sebanyak
mungkin kultur yang akan dimasuki.
16. Bacalah, dan berbicaralah dengan penduduk asli dan mereka
yang mempunyai pengalaman, serta menyaksikan film mengenai budaya setempat/yang
lain.
· Memanfaatkan Prinsip-prinsip Interaksi Antarpribadi yang
Efektif.
1. Keterbukaan :
bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan, sikap, dan prilaku
dengan orang – orang yang ada.
2. Empati :
ikut merasakan yang masyarakat setempat rasakan dengan jalan menempatkan diri
pada posisi lawan bicara yang memiliki kutlur berbeda.
3. Sikap mendukung :
deskriptif, jangan evaluatif; spontan, jangan strategik ; provisional, jangan
memastikan.
4. Sikap positif
5. Kesetaraan :
berkomunikasi dengan sikap dan pihak yang setara
6. Percaya Diri :
tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi
7. Kedekatan (immediacy) : kedekatan menyatukan
orang, membantu mengatasi perbedaan. Rasa kebersamaan harus dijunjung tinggi
dalam interaksi komunikasi.
8. Manajemen Interaksi
: bersikap sensitive terhadap perbedaan dalam cara mengambil alih.
9. Daya Ekspresi
10. Berorientasi kepada Pihak Lain : tidak memonopoli percakapan dengan hanya
membicarakan diri sendiri, memilihkan topik-topik pembicaraan, dan hanya
membicarakan pengalaman diri sendiri
tetapi juga perlu mengarahkan percakapan kepada lawan bicara.