Minggu, 01 Juni 2014

MANAJEMEN DAKWAH (PENGGERAKAN DAKWAH TAUJI'H)


MAKALAH
“PENGGERAKAN DAKWAH”
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah: Manajemen Dakwah
Dosen Pengampu: Drs. Miftahuddin M.Si









Oleh      :  Naharuddin
Jurusan :  Dakwah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA

 TAHUN AJARAN 2014/2015

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Akhir abat dua puluh, makin marak orang mendirikan lembaga manajemen dakwah. Di berbagai negara, lembaga manjaemen dakwah didirakan untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan sumber daya da’i dan mad’u. manusia sebgai sumber daya fisik,intelektual, mental dan spiritual terus dikembangkan potensinya. Agar daya gunanya maksimal.[1]
Mungkin banyak beranggapan, bahwa organisasi dakwah Islam tidak perluh manajemen yang rapi. Pemikiran seperti ini besar kemungkinan didasari pemahaman sebahgian kaum muslimin bahwa organisasi Islam itu hanya mengurus tentang ceramah dan masjid. Beranjak daripemikiran ini, akhirnya, masyarakat Islam tidak berkembang. Akibatnya, masyarakat Islam yang jumlahnya mayoritas di inonesaia, kualitasnya rendah dan posisinya senantisa marjinal.[2]
Olehnya itu dalam makalah ini, kami memberikan beberapa cara untuk mengelolah organisasi dakwah Islam, melalui pendekatan manajemen. Berbicara manajemen tentu tidak lepas dari kepimimpinan. Dengan demikian kata manajemen selalu digunakan dalam suatu pimpinan organisasi. Maka organisasi adalah suatu sistem yang bersifat sosio-teknis. Sistem adalah suatu keseluruhan dinamis yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan. Di namis berarti bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan.[3]
B.     LATARBELAKANG MASALAH
1.      Bagaimana cara melakukan bimbingan?
2.      Seperti apakah cara menjalin hubungan?
3.      Apa itu penyelenggaraan komunikasih?
C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui cara melakukan bimbingan
2.      Agar mampu memahami cara menjalin hubungan
3.      Utuk mengetahui dan memahami penyelenggaraan komunikasi




BAB II ISI
PENGGERAKAN DAKWAH (TAUJI’H)
A. MELAKUKAN BIMBINGAN
Bimbingan disini dapat di artikan sebagai tindakan pembimbing dakwah yang dapat menjamin terlaksanakanya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Dalam proses pelaksannan aktivitas dakwah itu masih byak hal-hal yang harus diberika sebagai seabuah arahan atau bimbingan. Hal ini dimaksudkan untuk membimbing para elemen dakwah yang terkait guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah di rumuskan untuk menghindari kemacetan atau penyimpangan. Pekerjaaan ini lebih byak dilakukan oleh pembimbing dakwah, karena mereka lebih banyak mengetahui kebijakan organisasi, yang akan dibawah ke mana  arah organisasi.
Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk membantu para da’I dalam melksanakan perannya[4] serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah:
1.      Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya. Ini merupakan prindip yang mendasar dari sebuah bimbingan, di mana diharapkan para pimpinan dakwah memiliki perhatian yang sungguh-sungguh mengenai perkembangan peribadi serta kemajuan para anggotanya.
2.      Memberikan perhatian nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersipat membantu, yaitu dengan memberi saran yang mengenai sterategi dakwah yang diiringi dengan altrnatif-alternatif tugas dakwah dengan dengan membagi pengetahuan.
3.      Memberiakn sebuah dorongan, ini bisa berbentuk dengan mengikiut sertakan ke dalm perogram pelatihan-pelatihan  yang relevan. Bimbingan ini bisa dengan memberikan informasi mengenai peluang palathan, serta pengembagan yang relevan ataun dalambentuk memberikan sebuah penglamana yang akan membantu tugas selanjutnya.
4.      Memberikan bantuan atau bimbingan kepada seluruh elmen dakwah untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan dan steratrategi perencanaan yang penting dalam rangka  perbaikan efektivitas unit orgasnisasi.
Bimbungan yang dilakuakn oleh manajemen dakwah terhadap pelaksanaan kegitan dapat dilakuakan dengan cara memberikan perintah atau sebuah petunjuk serta usetaha-usaha lain yang berdifat memengaruhi atau menetapkan arah tugas dan tindakan mereka.[5] Dalam konteks ini dituntut kemampuan seorang pemimpin dakwah dalam memberikan arahan, perintah yang tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap para anggotanya. Suatu pegarahan atau bimbingan yang baik harus mengikuti syarat agar berjalan secara efiseien. Adapun syaratan tersebut antara adalah:

a.       Sedapat mungkun tegas dan tegah;
b.      Memiliki tujuan yang masuk akal; dan
c.       Sedapat mungkin tertulis.
Dan perluh diperhatian juga bahwa seorang pemimpin yang berhasil dalam membimbing bukanlah kerena kekuassaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Pada tangga inilah puncak loyalitas dari pengikutnya akan terbentuk..[6] Di sisi lain harus ada hubungan timbal balik antara sipenerima (para  anggota) dengan pemberi (pemimin) untuk melaksakan dengan tanggung jawab dan kesadaran serta motivasi yang kuat untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu akan timbul sebuah singkronisasi dan koordinasi terhadap berbagai tugas yang diberikan, sehinngga sasaran dakwah dalam sebuah oraganisasi dapat terarah dan terlaksana.
B. MENJALIN HUBUNGAN
            Organisasi dakwah merupakan sebuah organisasi yang berbentuk sebuah tim atau kelompok (dua individu atau lebih yang berinteraksi dan salaing bertergantuangan untuk mencapai sasaran tertentu), di mana semua kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Definisi dari sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yang berteraksi dan salaing memengaruhi kea rah tujuan bersama. Untuk itu  diperlukan sebuah  jalinan hubunganyang armonis antara semua elemen yang terkait dalam elemen dakwah.
Sebuah tim merupakan kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Akan tetapi tidak sekumpulan orang dapat dikaitkan tim, untuk dapat dianggap sebuah tim, maka sekumpulan orang tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berukut:
1.      Ada berbagai geseakatan terhadap misi tim. Agar suatu kelompok dianggao sebagai tim yang dapat bekerja dengan efektif, maka semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya.
2.      Semua anggota harus menaati peraturan tim yang berlaku. Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dalapat membentuk kerangka usaha mencapai misi dan ketemtun terhadap peratuaran yangberlaku.
3.      Ada pembagian tanggagung jawab dan wewengan yang adil. Keberadaan sebuah tim tidak menediadakan sturuktur dan wewenang. Sebuah tim dapat berjalan dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi, dan setip anggota diperlakukan secara adil.
4.      Orang yang beradaptasi terhadap hubungan. Oleh karena itu, anggota tim harus daat beradaptasi trhadap perubahan yang positif.[7]
Secara tradisional, tim dalam sebuah organisasi di bagi menjadi dua bagian yang miliki karakteristik tersendiri, yaitu sebuah tim yang bekerja secara formal dan sebuah tim yang bekerja secara informal.
Secara mendasar terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan sebuah hubungan antarkelompok, yaitu:
1.      Keamanan. Dengan bergabung dalam suatu kelompok, individu dapat menugurangi rasa kecemasan, akan merasa lebih kuat-perasaan ragu akan terkurangi, dan akan lebih tahan terdapat ancaman bila mereka merupakan bagian dari sebuah kelopok.
2.      Status. Termasuk dalam hbngan kelompok yang di pandang penting oleh orang lain memberikan seuah perasaan berharga yang mengikat pada anggota-anggota kelopok itu sendiri.
3.      Perhatian. Hubungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dengan interkasi yang teratur yang mengiringi hubungan tersebut.
4.      Kekuasaan. Apa yang tidak dapat diperoleh secara individual sering  menjadi  mungkin lewat tim, ada kekutan dengan sebuah tim.
5.      Prestasi baik. Ketika diperlakukan lebih dari satu orang untuk mencapai suatu tugas tertentu, maka ada kebutuhan untuk mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuatan agar sesuatu pekerjaan dapat terselesaikan, sehnga dalam kepentingan sebuah manajemen akan menggunkan suatutim formal.
Tim formal adalah suatu kelompok kerja yang ditandai dengan didefinisikan oleh sturuktur organisasi yang dibentuk secara sengaja oleh pemmpin dan diberi tanggung jawab untuk melalukan tugas tertentu guna membantu organisasi mencapai tujuan. Dalam kelompok ini yang paling menonjol adalah tim komando yang di dalamnya termasuk seorang pimimpin dan semua anggota yang bertanggung jawab penuh terhadap pemimpin tersebut.
Sedangkan tim informal adalah suatu kelompok yang tidak terusturuktur secara formal atau ditetapkan secara organisatoris; muncul sebagai tanggapan dalam terhadap kebutuhan akan kontak sosial. Pada dasarnya sebuah kelompok dalam organisasi yang terbentuk secara tersendiri akan memiliki pungsi sebagai penyambung hubungan yang harmonis antara sesama anggota organisasi tersebut. Fungsi dari terbentuknya sautu tim secara tidak langsung dalam organisasi dakwah adalah:
1.      Dapat mempertahankan dan memperkuat norma atau etika tingka laku yang duhaarapkan dan nilai-nilai yang dimliki bersama oleh para anggotanya.
2.      Memberkaqn sebuah kepuasan, status, serta kenyamanan sosial oleh para anggotanya.
3.      Membantu angota organisasi dalam menjalani komunikasidari sinilah para anggota dapat beranja secara informal mengenai hal-hal yang memengaruhi kerja dakwah dengan mngembangkan sarana informasi secara informal mereka sendiri sebagai nilai plus pada saluran yang lebih formal. Pada kelompok informal juga dapat di manfaatkan oleh pemimpin dakwah untuk menyampaikan informasi secara tidak resmi, sehingga apa yang di inginkan dapat dikomunikankaasihkan secara rileks.
4.      Darimkelompok ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan organisasi. Para anggota organisasi dapat mengoreksi hasl kerja memberikan masukan sesama anggota dalam lingkungan yang lebih kondidif dalam usaha  perbaikan bersama.
Namun dasaranya tim yang bersifat formal maupu  informasi dalam sebuah organisasi dimaksudkan agar terjadi sebuah kekompakan dan keharmonisan dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Karena sebuah kerjasama yang sholid sangat pentng dalam organisasi dakawah untuk mencapai sarana dan menyusun sebuah strategi dalam menghadapi sebuah tantangan. Dalamkaitan ini, seorang pemimpin dakwah harus mampu mnciptakan sebuah lingkungan yang kondusif di antara semua anggota organisasi.
Ada bebeapa cara untuk menciptakan sebuah lingkunga tersebut, yaitu:
1.      Meningkatkan ketertarikan pribadi. Orang akan cendirung bergabung dan bekerja dengantim yang anggotanya mereka kenal dan memiliki karisma. Dengan demikian, seorang manejer dakwah harus mampu mengembagkan dan menarik simpati denga nilai-nilai tertentu yang cenderung memiliki sebuah kesamaan, yang kemudian bisa dikembangkan dalam sebuah pelatihan, seminar, dan sebuah kebijakan yang mendorong kebanggan dalam mencapai sasaran organisasi bersama, yaitu dengan menciptakan sebuah iklim yang kondisif atau nyaman di antara sesama anggota organisasi tersebut.
2.      Meningkatkan interkasi. Walaupun pada realitanya manusia jarang menykai sesama ornag yang bekerja sama dengannya, namun dengan meningkatnya interaksi, maka diharpakan dapaat memerbaiki sebuah perahabatan dan komunikasi yang baik.
3.      Menciptakan sebuah tujuan bersama dan rasa seperjuangan.[8]
Menurut Richardo Guzzo dan Grogory Shea bahwa; efektifitas sebuah kelompok dalamsebuah organisasi merupakan suatu fungsi darin tida variabel, yaitu:
1.      Interdependesi tugas, yaitu sejauh mana pekerjaan kelompok menurut para anggotanya untuk saling berinteraksi.
2.      Rasa potensi, yaitu sebuah kejakinan kolektif dari suatu kelompok bahwa kelompok itu bisa efektif dan akan maju.
3.      Interpendensi hasil, yaitu beberapa dari pekerjaan suatu kelompok yang memiliki konsekuensi yang dirasakan oleh para anggotanya.
Untuk menciptakan sebuah kerja sama yang solid untuk organisasi atau lembaga dakwah, maka dituntut sebuah kecerdasan dan kerja sama yang baik oleh para pemimpin dakwah. Dalam hal ini pemimpin dakwah harus mampu memberikan seperangkat tujuan dakwah yang memungkinkan untuk dapat dicapai, juga dapat dijadikan sebagai tujuan untuk ke masa depan. Oleh karena itu, para anggota atau kelompok harus diberika sebuah flaksibilits dalam mengatur tindakan mereka sendiri.
Di samping itu, para anggota harus memiliki sebuah keoptimisan, bahwa ia mampu melakukan tugas-tugas yang telah ditentukan dengan sebuah usaha kerja sama yang baik. Beapa tidak, dalam sebuah organisasi kadang-kadang sebuah tim tidak berjalan sebagaimana yang diharappkan, dan salah satu factor utamanya adalah manusia yang bekerja dalam tim tersebut. Untuk itu harus diperhatikan oleh para pemimpin tentang aspek penghambat kesiksesan kerja sama tim. Di antara aspek penghambat tersebut meliputi;
a.       Identitas pribadi anggota tim;
b.      Hububungan anggota tim; dan
c.       Identitas tim dalam organisasi.
C. PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI
Dalam proses kelancaran dakwah komunikasi, yakni suatu proses yang digunakan oleh manusia adalah usaha dalam membagi arti lewat transmisi pesan simbolis merupakan hal yang sangat pentng. Karena tanpa komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pelaksannan dakwah, maka pola hubungan dalam sebuah organisasi dakwah. Dari sinilah kerangka acuan dakwah akan mandek, sebab komunikasi akan memengaruhi seluruh sendi organisasi dakwah. Dari sinilah kerang acuan dakwah, yaitu untuk menciptakan sebuah opini yang sebagian besar diperoleh dari informasi melalui komunikasi.
            Dalam proses komunikasi ini akan terjadi sebuah proses kayang melibatkan orang, yang dapat berupah simbol gerakan badan, suara, huruf, anagka, dan kata yang dapat mewakili tau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk kominikasihkan.
Kinerja komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi termasuk organisasi dakwah. Adapun manfaat dari penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana yang efektif dalam sebuah organisasi adalah:
1.       Yang Komunikasi dapat menempatkan orang-orang pada tempat  yang seharusnya;
2.      Komunisi menempatkan orang-oranag  untuk terlibat dalam organisasi, yaitu dengan meningkatkan motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi;
3.      Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik antara atasan dan bawahan, mitra, orang-orang di luar organisasi dan di dalam organisasi; dan
4.      Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan.[9]
Dalam  aktivitas dakwah, komunikasiyang efektif dan efisien dapat dimanfaatkan untuk mengaruhi tindakan manusia (mad’u) kea rah yang diharapkan.
Paling tidak, ada dua alasan mengapa diperlukan sebuah komukasi  yang efektif para pemimpin dakwah terhadap para anggotanya, yaitu:
1.      Komunkasi akan menyediakan sebuah chenel  umum dalam proses manajemen, yaitu dalam merencanakan, mengorganisasikan pemimpin, serta mengendalikan. Pemimpin dakwah dapat mengembangkan sebuah rencana dan sterategi dakwah yang baik kepada anggotanya dalam sebuah organisasi dalam mendistribusikan wewenang dan pekerjaan dengan memastikan bahwa kewajiban tersebut menubuhkan sebuah motivasi yang kemudian diaktifkan lewat kegiatan dakwah secara sistematis.
2.      Ketermpilan komuniakasi yang efektif dapat membuat para pemimpin dakwah menggunkan berbagai keterampilan serta bakat yang dimilikinya dalam duniaorganisasi. Terlebih aktivitas dakwah sangat diperlukan dalam akses komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Semakin baik komunikasi yang dilakukan oleh seorang manajer dakwah atau seorang da’I sendiri, maka akan semakin baik pula job performance dan hasil pekerjaan mereka. Dalam proses organisasi ternyata hampir separuh pekerjaan dari pemimpin dakwah adalah untuk berkomunkasi, baik dalam proses prestasi rencana, memberikan arahan, serta menyampaikan informasi. Komunikasi yang berimbang dalam kegiatan manajemen akan dapat menyalurkan dan mempertukarkan informasi di antara semua pihak yang terbaik dalam proses manajemen. Dalam proses aktivitas dakwah komunikasi yang berimbang akan lebih mudah untuk diterima dalam proses impati[10] dan disebarluaskan kepada para anggota masyarakat lainnya.
Menurut Minzeberg ada tiga komponen peran komunikasi dalam manajerial, yaitu:
1.      Dalam peran antarpribadi mereka, pemimpin brtindak sebagai tokoh dari unit organisasi, berinteraksi dengan karyawan, pelanggangan, dan rekan sejawat dalam organisasi.
2.      Dalam peran informasi mereka, manajer mencari informasi dari rekan sejawat karyawan dan kontak pribadi yang lain mengenai sesuatu yang mungkin memengaruhi pekerjaan dan tanggung jawab mereka. Sementara pada waktu yang lain untuk menyebarkan informasi yang penting serta menarik.
3.      Dalam perang mengambil keputusan mereka, manajer mengimplementasikan proyek baru, menangani gangguan, dan mengalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen. Beberapa hari keputusan yang dibuat oleh manajer dapat dilakukan sendiri, tetapi itu berdasarkan informasi yang dikominkasihkan kepadanya. Manajer pada gilirannya harus menyapaikan keputusan tadi pada orang lain.[11]
Walaupun demikian, ada kendala-kendala yang harus diperhatkan oleh organisasi atau lembaga dakwah permanfaatan komunikasi. Karena itu harus melihat, bahwa apa yang terjadi pada masyarakat (mad’u) cenderung akan lebih selektif lebih aktif, kritis dalam menerim pesan-pesan yang akan diajuhkan kepadanya. Karena masyarakat tidak lagi terus menjadi sasaran objek, tetapi akan menjadi mitra, setara dengan komunikator. Oleh karenanya, komunikator harus menyadari bahwa tindakan selalu menjadi pemanah melainkan akan menjadi pelayan pesan dan komunikan harus aktif memilih pesan yang ditawarkan oleh organisasi berdasarkan keputusan, minat, selera, tingkat intelektualitas dan pendidikan, profesi, sistem nilai, agresi pengalaman hidup, serta lingkungan.
Hambatan yang sering terjadi dalam komunikasih yaitu: hambatan proses, hambatan fisik, hambatan semantik, dan hambatan psiko-sosial. Hambatan ini baik berkaitan dengan komunikasi antarpribadi maupun komunikasi dalam organisasi.

















BAB III
KESIMPULAN
1.      Bimbingan dapat di artikan sebagai tindakan pembimbing dakwah yang dapat menjamin terlaksanakanya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk membantu para da’I dalam melksanakan perannya serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya.
2.      Menjalin hubungan dalam Organisasi dakwah sangatlah penting karena organisasi merupakan sebuah organisasi yang berbentuk sebuah tim atau kelompok (dua individu atau lebih yang berinteraksi dan salaing bertergantuangan untuk mencapai sasaran tertentu), di mana semua kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Definisi dari sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yang berteraksi dan salaing memengaruhi kea rah tujuan bersama. Untuk itu  diperlukan sebuah  jalinan hubunganyang armonis antara semua elemen yang terkait dalam elemen dakwah.
3.      Tanpa komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pelaksannan dakwah, maka pola hubungan dalam sebuah organisasi dakwah. Dari sinilah kerangka acuan dakwah akan mandek, sebab komunikasi akan memengaruhi seluruh sendi organisasi dakwah. Dari sinilah kerang acuan dakwah, yaitu untuk menciptakan sebuah opini yang sebagian besar diperoleh dari informasi melalui komunikasi.Dalam proses komunikasi ini akan terjadi sebuah proses kayang melibatkan orang, yang dapat berupah simbol gerakan badan, suara, huruf, anagka, dan kata yang dapat mewakili tau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk kominikasihkan.






BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, “ESQ”, (Jakarta: PT Arga, 2003),
Mannan Abdul, Sterategi Pengembangan Dakwah (MC Publising, Kota Depok Jawa Barat, 2005)
Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Kencana Jakarta 2009)

Kadarmen,A.M. Pengantar Ilmu Manajemen, (Gremedia Pustaka Utama, Jakarta 1997)


[1] Abdul Mannan, Sterategi Pemenagnan Dakwah, (Jakarta, 22 Juni 2005) hal, 1
[2] Ibid, 6
[3] Kadarmen,A.M. Pengantar Ilmu Manajemen, (Gremedia Pustaka Utama, Jakarta 1997) hal 228
[4] Seperangkat pola perilaku yang dihadapkan dan dikaitkan dengan seseorang yang menduduku suatu posisi tertentu dalam sesuatu emosional.
[5] A. Rasyid  Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) hal 118.
[6] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, “ESQ”, (Jakarta: PT Arga, 2003), hal 107.  
[7] M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Galia Indonesia, 2001), hal 166-167
[8] Rasa seperjuangan ini didasarkan atas dasar persamman (musawah), persaudaraan (ukhuwah), cinta kasih (mahabbah), damai (silm), tolong-menolong (ta’awun), dan toleransi (tasamuh).
[9] Ron Loudlow, Fergus Panton, The Essense of  Effective Communication; Komunikasi Efektif, (Yogyakarta: Andi, 2000),  hal 4-5.
[10] Proses seseorang dalam mengeluarkan tangan kepada orang lain dan kemudian untuk mengadakan sebuah hubungan. Lihat, Uda’I pareek, Perilaku Organisasi ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antara Pribadi dan kerja, (Jakarta: Pustaka Bidaman Persindo, Motivasi 1994),  hal 5-6
[11] Henny Mintzberg, The Manager’s Job; Folklore and Fa (Harvard: Bussiness Review 53, No. 4, Juli-Agusstus 1957),