Pungsi dan Proses Komunikasi Massa
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan masyarakat yang di pacu
oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh
yang paling kuat terhadap kemekaran komunikasi massa, tetapi di lain pihak
secara tidak langsung ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap
masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa ini
bukannya menimbulkan dampak positif tetapi menimbulkan dampak yang negatif
terhadap masyarakat itu sendiri. Kemudian para pakar komunikasi mempertanyakan
fungsi yang sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu sendiri.
Harold D. Laswell misalnya
berpendapat bahwa fungsi serta proses komunikasi massa itu adalah pengamatan
terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman
dan kesempatan yang mempengaruhi nilai mayarakat dan bagian-bagian unsur di
dalamnya atau korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menaggapi lingkungan dan
serta berfungsi sebagai penyebaran warisan nasional, disini yang berperan
adalah para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun di sekolah
yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya.
Sedangkan pendapat yang lain
berkaitan dengan fungsi dan proses komunikasi massa ini maka kita akan
mendapati dalam buku yang berjudul Aneka
Suara, Satu Dunia yang menyuebutkan dan menjelaskan secara gamblang bahwa
komunikasi apabila di tilik dan teropong dalam arti yang lebih luas, maka tidak
bisa hanya di artikan sebagai pertukaran berita dan pesan seperti yang kita
ketahui pada saat ini.
Maka sesungguhnya dalam
menginplementasikan hal ini perlunya kita untuk mengambil sikap bijak terhadap
fungsi dan proses komunikasi massa yang oleh sebagian orang pada saat ini di
salah fungsikan sehingga yang awalnya berdampak positif kemudian berubah
menjadi dampak nigatif yang asalnya baik menjadi tidak baik dan begitu
seterusnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Informasi
(information)
Seperti yang telah pemakalah
jelaskan dalam bab pendahuluan di atas bahwa salah satu fungsi dari komunikasi
itu sendiri adalah salah satunya untuk informasi dalam hal ini informasi
merupakan hal yang paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa.
Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita
yang di sajikan, fakta-fakta yang di cari wartawan di lapangan kemudian di
tuangkan dalam bentuk tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang di maksud
adalah adanya sebuah peristiwa atau kejadian yang memang benar-benar terjadi di
masyarakat.[1]
Informasi juga merupakan sebuah
pengumpulan. Pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan,
opini dan komentar yang di butuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi
secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan
agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Fungsi informatif ini dapat
menyangkut berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat.
Dalam istilah juurnalistik fakta
tersebut diringkas dalam istilah 5 W + 1 H, buku juga merupakan media komunikasi
massa yang mempunyai fungsi informasi. Buku yang di maksud bukan buku fiksi,
tetapi buku lain yang bisa di pertanggungjawaban keilmiahannya, misalnya buku
pentunjuk atau kiat-kiat tertentu yang juga memberikan informasi berdasarkan
fakta. Dalam perkembangan jurnalistik saat ini, media massa yang hanya menulis
atau menyajikan berita dengan mengemukakan fakta-fakta tidak mencukupi lagi,
dimana sebuah berita bukanlah kejadian yang aktual dan bermakna, kaejadiannya sendiri
merupakan sesuatu yang obyektif.[2]
Membicarakan sebuah berita yang
bermakna, C.P Scott dari the Manchester Guardian pernah menyatakan bahwa
reportase yang berkembang saat ini adalah reportase faktual yakni informasi
atau laporan yang memisahkan antara fakta dan opini berkembang sebagai
reportase interpretasi, reportase yang mendalam dan reportase yang
komprehensif. Dengan demikian, maka sudah seharusnya pers untuk menjelaskan
lebih lanjut fungsi informasi. Artinya fungsi pers adalah melaporkan peristiwa
dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap
peristiwa-peristiwa tersebut.
B. Hiburan (entertaiment)[3]
Fungsi
hiburan atau entertaiment untuk media komunikasi atau media elektronik
menduduki posisi yang paling tinggi di bandingkan dengan fungsi-fungsi yang
lain. Misalnya masyarakat menjadikan Televisi sebagai media hiburan. Dalam
sebuah keluarga, Televisi sebagai perekat keintiman keluarga. Oleh karena itu,
jangan heran jika waktu prime time akan di sajikan acara-acara hiburan, baik
itu berupa kuis atau acar-acara jenaka yang lainnya. Sangat sulit di terima
penonton seandainya pada waktu prime time disajikan acara dialog politik tentu
akan menimbulkan penolakan masyarakat, sebagai contoh di Indonesia ada Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI), Televisi Nasional yang di awal perkembangnannya
mengkalim diri sebagai Televisi pendidikan. Tetapi persentase terbesarnya diisi
acara pendidikan, hiburan ada tetapi relatif sedikit misalnya pukul 09.00-12.00
diisi acara pendidikan. Hal ini berbeda dengan media cetak, media ecetak
biasanya tidak meletakkan atau menempatkan hiburan pada posisi paling atas,
tetapi informasi. Namun demikian, media cetak-pun harus menyajikan hiburan.
Hiburan
atau entertaiment juga merupakan salah satu fungsi lainnya dari komunikasi
massa yang menggunkan media massa. Kita tahu bahwa unsur hiburan yang paling
nyata dan menonjol dalam media massa terdapat pada media Televisi jika di
bandingkan dengan media massa lainnya, apalgi untuk Televisi Swasta, proporsi
acara atau tayangan yang bernuansa hiburan sangatlah menojol. Namun demikian,
masih ada kombinasi dengan fungsi-fungsi lainnya seperti penyampaian informasi,
dll.[4]
Hiburan
atau entertaiment jelas tampak pada Televisi, film, dan rekaman suara. Media
massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah
informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah
itu cerita pendek (cerpen) cerita panjang (cerpan) atau cerita bergambar.[5]
Mengenai hal ini jelas tampak pada Televisi, film, dan rekaman suara. Bagi
pembaca, rubrik-rubrik hiburan itu memang penting untuk di baca untuk mlapaskan
saraf-saraf setelah berjam-jam mebaca berita-berita berat yang terjadi baik itu
dalam negeri maupun luar negeri.
Fungsi
hiburan berhubungan dengan hiburan massa, yang di gamberkan para kritikus
kebudayaan sebagai hiburan massa adalah disfungsional selama ia gagal
menimbulkan atau menumbuhkan selera publik sampai pada tingkatan yang mungkin
di capai oleh bentuk-bentuk hiburan yang kurang meluas seperti teater, opera,
dan drama-drama klasik.
C. Transformasi Budaya
Transformasi
budaya atau tranmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang
paling luas meskipun pada idealnya paling sedikit di bicarakan. Tansformasi budaya
tidak bisa diletakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang
mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transformai budaya mengambil tempat
dalam dua tingkatan, yakni komtemporer dan historis. Dalam tingkatan
kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat dengan selalu
memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Hal ini merupakan faktor
yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara
serempak pengukuh status quo dan serta sebagai mesin perubahan. Sementara itu,
secara historisumat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman
baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan.[6]
Ada
juga yang berpendapat bahwa transformasi budaya adalah merupakan pewarisan
sosial. Dalam hal ini menurut seorang ahli tersebut media massa berfungsi
sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun
informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai,
norma, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Tetapi
fungsi ini sama halnya dengan Transformasi budaya. Sebab yang namanya budaya
itu juga meliputi tiga hal yakni ide atau gagasan, aktivitas dan benda-benda
hasil kegiatan.[7]
Ide
yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya termasuk kebudayaan.
Bagi Black dan Whitney transformasi budaya media massa bisa memperkuat
kesepakatan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Di samping itu, media
juga berperan untuk selalu memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu
dilakukan masyarakat secara terus menerus. Fungsi lainnya adalah untuk
melestarikan dan mewariskan nilai-nilai sosial dari suatu generasi berikutnya
kepada generasi berikutnya. Melalui proses sosialisasi anggota baru masyarakat
dapat belajar peranan orang lain dalam masyarakat, sekaligus dapat mengerti
posisi sosial dan menepatkan dirinya secara tepat dalam pergaulan sosial.
Terjadinya
perubahan ataupun pergeseran budaya atau nilai-nilai budaya dalam suatu
masyarakat, tidak terlepas dari keberhasilan media massa dalam memperkenalkan
budaya-budaya global kepada audiens massa. Hal ini juga seiring dengan
perkembangan teklologi informasi dan komunikasi yang merambah ke berbagai area
kehidupan masyarakat, termasuk budaya.
D. Persuasi (persuade)
Salah
satu dari sekian banyak fungsi komunikasi massa itu dsendiri di antara adalah
persuasi. Persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi
informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau kita perhatikan sekilas
hanya berupa informasi. Tetapi jika kita perhatikan dengan penuh perhatian dan
dengan lebih jeli lagi maka ternyata terdapat fungsi persuasi. Misalnya menurut
Josep A. Devito fungsi persuasi di anggap sebagai fungsi yang paling penting
dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai bentuk dan arah: pertama, mengukuhkan atau memperkuat
sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; kedua,
mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; ketiga, menggerakkan
seseorang untuk melakukan sesuatu; keempat,
memperkenlakan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.
Memperkenalkan
etika atau menawarkan sistem nilai tertentu media massa sering kali membuat
atau mengukuhkan nilai-nilai yang sudah tidak yakin sebelumnya. Media massa juga
mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal atau tidak berbuat suatu
hal tersebut. Media massa dalam beberapa kasus dapat mewujudkan sebuah etika
yang baik dan yang buruk. Tanpa publikasi media massa memunculkan tuntutan
masyarakat. Hal demikina pernah di alami oleh Lazerfeld dan Merton, mereka
menyatakan bahwa dalam masyarakat fungsi pemaparan terbuka di kembangkan dalam
komunikasi media massa, pers, Televisi dan Radio memberikan penyimpanan dari
opini publik secara cukup terbuka dan akibat dari pemaparan ini menggerakkan
masyarakat untuk bertindak.
Aktivitas
Publik Ralations dan promosi khusus dalam komunikasi tatap muka juga menjadi
bentuk dari fungsi persuasi bahkan jika aktifita publik ralation dan promosi
khusus dilakukan melaluli media massa. Semua ini tidak terlepas dari usaha
untuk mempengaruhi orang lain, misalnya iklan shampoo di Televisi yang
menyatakan boleh keramas tiap hari. Dan serta mendorong kohesi atau penyatuan,
artinya media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan lain media massa
merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan
keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Akan tetapi, ketika media massa
mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, di sisi lain juga memiliki
fungsi untuk mencitakan disintegrasi sosial, sehingga peluang untuk menciptakan
keduanya seimbang. Dengan kata lain. Kalau kita membicarakan fungsi media massa
sebagai penyatu masyarakat, juga perlu membicarakan munculnya permusuhan dan
konflik yang terjadi di masyarakat akibat pemberitaan dari media massa
tersebut.
E. Pengawasan
Fungsi
pengawasan yang di lakukan oleh media massa adalah untuk mengontrol aktivitas
masyarakat secara keseluruhan. Penagwasan dapat di lakukan oleh media massa
dalam bentu kontrol sosial, perigatan, dan atau persuasif. Contohnya tentang
peberitaan terorisme di Indonesia merupakan salah satu contoh dan bukti
perigatan kepada khalayak akan bahaya dan ancaman terorisme. Pemberitaan
tentang kasus mafia peradilan juga merupakan salah satu contoh kontrol sosial
yang dilakukan media massa.[8]
Dalam
pandangan Robert K. Merton bahwa fungsi dari pengawasan itu sendiri ada dua
macam yaitu fungsi nyata atau manifest function dan fungsi tidak nyata atau
latent function, dalam bahasa sederhanya adalah fungsi yang diinginkan dan
fungsi yang tidak diinginkan atau setiap sosial dalam masyarakat memiiki efek
fungsional dan disfungsional. Contohnya adalah pemberantasan korupsi yang di
lakukan oleh pemerintah, di satu sisi adalah untuk membersihkan masyarakat dari
praktek korupsi, namun di sisi lain tindakan pemberantasan korupsi yang tidak
diikuti dengan perbaikan sistem justru akan menimbulkan ketakutan bagi aparatur
pemerintah secara luas tentang masa depan meraka karena merasa tindakannya
selalu diawasi, dan ditakuti. Tidak adanya perbaikan sistem yang baik dan
ketakutan justru akan melahirkan model-model korupsi baru yang lebih canggih,
nah disinilah kemudian peran media untuk mengawasi hal tersebut.[9]
Dalam
pandangan Yoseph R. Dominick mengatakan bahwa pengawasan mengacu kepada yang
kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media
mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan.
Orang-orang media itu, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter
radio dan televisi, koresponden kantor berita dan lain-lain berada di mana-mana
di seluruh dunia, mengumpulkan berita atau informasi untuk kita yang tidak bisa
kita peroleh. Kemudian informasi itu kemudian di sampaikan kepada
organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat
canggih disebarkan ke seluruh jagat raya ini.
Fungsi
pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, pengawasan peringatan.
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampikan informasi kepada kita
mengenai ancaman letusan gunung api, angin topan, kondisi ekonmi yang mengalami
depresi, meningkatnya inflasi, atau serangan militer. Peringatan ini di informasikan
segera dan serempak (program televisi di interupsi untuk memberitakan
peringatan bahaya tornado) serta dapat pula di informasikan ancaman dalam
jangka waktu lamaatau ancaman kronis (berita surat kabar atau majalah secara
bersambung mengenai polusi udara atau masalah pengangguran). Akan tetapi,
memang banyak informasi yang tidak merupakan ancaman yang perlu diketahui oleh
rakyat.
Kedua:
pengawasan instrumental, jenis ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang
berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang di pertunjukkan di
bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, produk-produk baru, dan
lain-lain. Yang perlu di catat adalah tidak semua contoh pengawasan
instrumental seperti yang di sebutkan dijadikan berita. Publikasi skala kecil
dan yang lebih spesifik seperti majalah-majalah atau jurnal-jurnal pengetahuan
atau keterampilan juga melakukan tugas pengawasan. Bahkan fugsi pengawasan
dapat di jumpai pula pada sisi media yang dimaksudkan untuk menghibur.
F. Melawan kekuasaan dan politik
Media
massa selain dapat dijadikan alat untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan,
juga bisa di pakai untuk melawan dan merobohkan kekuasaan. Contohnya:
tumbangnya rezim Orde Baru dibawah kepeminpinan Soeharto tidak terlepas dari
pengaruh media massa dalam ikut memberikan dan melakukan investigasi. Media
massa tidak lagi sekedar meneruskan perkataan-perkataan pejabat pemerintah,
tetapi iktu membongkar kasus ketidak-adilan yang di lakukan oleh pemerintah.
Contoh lainnya adalah perseteruan antara Cicak dan Buaya antara KPK dan POLRI
dan masih banyak contoh kasus lagi baik yang terjadi di dalam negeri maupun
luar negeri.
Dan
serta Komunikasi massa dapat membantu masyarakat luas atau mayoritas penduduk
untuk menyadari tentang arti penting dirinya sebagai warga negara. Kesadaran
tersebut dapat menigkatkan kesadaran untuk melakukan aktivitas politik.
Aktivitas politik tersebut dapat berupa berbagai macam hal. Misalnya mengikuti
pemilu. Jika seseorang telah sadar tentang arti penting ia mngikuti pemilu
sebagai warga negara, maka ia akan memilih dengan sungguh-sungguh calon
peminpinnya dan tidak melakukan golput.
G. Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan
Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai
lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalam reaksianya terhadap
peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau propaganda.
Editorial dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban atas berita-berita yang
dipilih dan disajikan, tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan
masyarakat.[10]
Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama,
memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya lebih efektif,
atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan kepada masyarakat dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan
penjelasan kepada pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga,
mengajak pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu
terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).
H. Integrasi dan Empati
Melalui komunikasi massa, masyarakat Indonesia yang beragam
suku bangsa dan bahasa, dapat saling mengenal dan mengerti tentang kebudayaan
dari masyarakat Indonesia di masing-masing daerah. Kebudayaan yang beragam di
Indonesia dapat menciptakan disintegrasi sosial karena masyarakat satu dengan
yang lainnya idak saling mengenal. Misalnya kebiasaan suku Jawa dab suku Batak
ynag berbeda. Suku Jawa cenderung halus tingkah lakunya, sedangkan suku Batak
kasar. Jika merak bertemu tanpa mengetahui watak dasar mereka tersebut, maka
akan terjadi perselisihan diantara mereka. Melalui komunikasi massa, masyarakat
mengetahui informasi tentang berbagai hal yang ada di masyarakat baik Nasional
mupun Internasional. Sehingga hal tersebut bisa di cegah. Dengan begitu,
komunikasi massa sekaligus menciptakan, memelihara, dan memperkuat integrasi
bangsa. Melalui nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, keagamaan, hukum, dan
tatanan sosial lainnya, maka integrasi Nasional relatif lebih mudah diciptakan
I. Mendidik
Disamping memberikan informasi kepada msyarakat luas, komunikasi
massa ternyata juga dapat menunjukkan fungsi mendidik masyarakat. Komunikasi
massa mendidik masyarakat untuk berfikir kritis dan memiliki horizon
pengetahuan yang luas. Melalui komunikasi massa, masyarakat itu dididik agar
dapat mandiri dalam setiap persoalan hidupnya. Dalam konteks ini, kita bisa menyebutkan
bahwa melalui sajian komunikasi massa yang sangat efektif seperti misalnya
Radio, Televisi, telah di tayangkan berbagai acara seperti Bangun Desa,
Nusntara Membangun, Varia Pedesaan, dan masih banyak lagi yang lain.
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, pendidikan keterampilan serta kemahiran yang di
perlukan pada emua bidang kehidupan.
J. Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fumgsi yang
menghubungkan agian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya.
Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung
antara berbagai komponen masyarakat. Bagi Charles R. Wright fungsi korelasi
juga termasuk menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah
laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Salah satu bagian terpenting
dalam menjalankan fungsi korelasi yang termasuk dalam interpretasi bila di
lihat dari tajuk rencana sebuah surat kabar, meskipun tajuk rencana juuga
mempunyai fungsi persuasi. Tajuk yang biasanya di tulis oleh redaktur senior
itu bagi Djafar H. Assegaf mempunyai empat fungsi :
1.
Menjelaskan berita
2.
Mengisi latar belakang
3.
Meramalkan masa depan
4.
Meneruskan suatu penilaian moral
Dengan
demikian, tajuk rencana mempunyai fungsi untuk interpretasi kejadian-kejadian
yang ada dalam masyarakat.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
uraian singkat dan padat ini tentunya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
fungsi dari Komunikasi Massa itu sendiri ada banyak karena mengingat betapa
pentingnya komunikas massa terkhusus media itu sendiri. Oleh karena itu di
bawah ini akan kami uraikan sedikit kesimpulan terkait dengan fungsi dan proses
komunikasi massa dari para pakar komunikasi massa serta kesimpulan dari
pemakalah sendiri.
Pemakalah
menyimpulkan bahwa di antara banyak fungsi dan serta peran media massa dalam
komuniasi massa ini maka sedikit akan kami sebut kemabali dari apa yang telah
pemakalah jelaskan pada bab pembahasan di atas yang meliputi:
Menyampaikan
informasi (to inform)
Mendidik
(to educate)
Menghibur
(to entertain)
Mempengaruhi
(to influence)
Pengawasan
(surveillance)
Korelasi
(korelation)
Integrasi
dan Empati
Melawan
kekuasaan dan politik
Fungsi
komunikasi massa menurut Jay black dan Frederick C.Whitney (1988) antara lain:
To
inform (menginformasikan)
To
entertain (menghibur)
To
persuade (membujuk)
Transmission
of the culture (transmisi budaya)
Fungsi
komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Comunication (1991) disebutkan:
Providing information
Providing entertainment
Helping to persuade, dan
Contribution to social cohesion
(mendorong kohesi sosial)
DAFTAR PUSTAKA
.
Effendy,
Onong Uchjana.
1999. Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek.
PT. Remaja Rosdakary
Bandung .
Rakhmat,
Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi.
PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Eilers, Frans-Josef. 2001. Berkomunikasi dala Masyarakat. Flores. Penerbit Nusa Indah. Bandung.
Nurudin. 2009. Pengantar
Komunikasi Massa. Jakarta. PT Raja Grafindo Persaja.
Gamble,
Michael W. Teri Kwal Gamble. 1998. Introducting
Mass Communication. UMM Press.
BM,
Mursito. 20002. Memahami Institusi Media,
sebuah pengantar. Surakarta.
Lindu Pustaka dan Spikom.
Dominich,
Yoseph R. 2007, Dinamika Komunikasi Massa, Ghalia Indonesia.
Cangara,
2002, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo, Jakarta.
Salmawati,
Wa Ode, 2010, Makalah Sistem Komunikasi
Massa, Universitas Haluoleo, Kendari.
Muhammad,
Arni, 2002, Komunikasi Organisasi,
Bumi Aksara, Bandung.
Vivian,
Jhon, 1991, The Media of Communication,
PT Grafindo. Jakarta.
.
[2] Charles Robert, Mass Communacation, A Sosiological Perspective, terjemahan Lilawati
dan Jalaluddin, CV Remaja Karya, Bandung, 1985, hal 13.
[3] Wa Ode Salmawati, Makalah Sistem Komunikasi Massa, Universitas Haluoleo, Kendari,
2010. Hal. 3-4
[4] Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, 2002, hal. 90
[7] Fajar, Ilmu
Komunikasi, Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2009, hal. 56.
[8] Cangara, Pengantar
Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hal. 67-90
[9] Ibid, hal 56.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar