Jumat, 14 Maret 2014

Dinamika Organisasi


Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah

Prilaku Organisasi
Dinamika Organisasi
Dosen Pengampu :  Mashud, M.Si.

 


Oleh: Naharuddin
Jususan: Dakwah (Komunikasi PenyiaranIslam)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM
HIDAYATULLAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2013/2014




 KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang senang tiasa memberikan rahmat dan hidayanya kepada kita semua sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul Dinamika Organisasi. Serta sholawat dan salam kami aturkan kepada sang revolusioner Sejati yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah menghabiskan hidupnya dalam menegakkan kalimat tauhid.
Kami ucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing, dan teman-teman yang telah menbantu kami dalam menyusun makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih bayak kepada kedua orang tua kami yang senang tiasa mendoakan dan member kami motivasi dalam belajar.
Kami sadari masih bayak kekurangan dari berbagi sudut dalam penyusunan makalah ini, olehnya itu kami mengharapkann masukan dan keritik dan saran yang sipatnya membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman agar makalah ini bias kami sempurnakan.














DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan masalah
C.     Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A.    KEKUATAN BERUBAH
B.     MENGELOLA PERUBAHAN RENCANA
C.      RESISTENSI TERHADAP PERUBAHAN
D.    PENDEKATAN TERHADAP PENGELOLAAN PERUBAHAN ORGANISASI
E.     ISU-ISU PERUBAHAN KONTEMPORER TENTANG PERUBAHAN BAGI MENEJEAR
F.      STRES KERJA DAN PENGELOLAHANNYA
BAB III KESIMPULAN
BAB IV DAFTAR PUSTAKA













      BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perubahan organisasi merupakan perubahan yang berkaitan dengan pengembangan, perbaikan, maupun penyesuaian yang meliputi struktur, teknologi, metode kerja maupun sistem manajemen suatu organisasi. suatu organisasi tidak harus melaksanakan suatu perubahan. Hal ini merupakan suatu strategi untuk memenuhi beberapa keseluruhan tujuan dari suatu organisasi.
Perubahan organisasi sering berlawanan dengan nilai-nilai yang menghormati anggota dalam organisasi. Banyak sumber  perubahan keorganisasian yang mendiskusikan tentang perubahan yang diperlukan di dalam kultur organisasi, mencakup perubahan di dalam kepercayaan dan nilai-nilai anggota serta dalam cara menempatkan kepercayaan dan nilai-nilai tersebut.
Perubahan dapat terjadi begitu saja tanpa direncanakan, akan tetapi ada perubahan yang memang dikelola atau direncanakan. Untuk mengetahui perubahan organisasi secara lengkap, maka dalam makalah ini akan kami bahas secara jelas tentang perubahan organisasi.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa kekuatan berubah itu?
2.       Bagaimana cara mengelolah perubahan rencana?
3.       Bagaimana resistensi terhadap perubahan?
4.      Apakah beberapa pendekatan untuk mengelolah perubahan oraganisasi ?
5.       Apakah isu-isu konterporer tentang perubahan bagi manejer itu?
6.      Bagaimanakah stres kerja dan pengelolahannya?
C.    Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar mengetahui kekuatan berubah.
2.       Agar mengetahui cara mengelolah perubahan rencana.
3.      Untuk mengetahui bagaimana resistensi terhadap perubahan.
4.       Untuk memahami beberapa pendekatan untuk mengelolah perubahan oraganisasi.
5.      Untuk mengetahui dan memahami isu-isu konterporer tentang perubahan bagi manejer itu.
6.       Agar mengetahui dan memahami stres kerja dan pengelolahannya.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    KEKUATAN BERUBAH
Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah selanjutnya, menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri.
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus berubah agar menarik dan mempertahankan angkatan kerja yang lebih beraneka ragam Persaingan berubah. Ekonomi global, artinya pesaing-pesaing bisa datang dari seberang lautan laksana dari seberang kota. Persaingan yang meninggi juga berarti juga berarti organisasi yang mapan perlu mempertahankan diri terhadap baik pesaing tradisional yang mengembangkan produk dan jasa baru maupun perusahaan wiraswasta kecil dengan penawaran yang inovatif. Organisasi yang berhasil akan merupakan organisasi yang dapat  berubah untuk menanggapi persaingan itu.
 Perubahan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternalnya. Tujuan perubahan ini dibaut karena organisasi tidak dapat sepenuhnya dapat mengendalikan lingkungan eksternalnya, sehingga perlu secara terus menerus melakukan perubahan lingkungan internal organisasi agar dapat menghadapi tantagan-tantangan yang timbul akibat persaingan inovasi teknologi, pembaruan peraturan-peraturan pemerintah dan berbagai tekanan sosial.
 Setiap individu selalau terlibat dalam kehidupan kelompok.[1] Perubahan organisasi untuk melakukan modifikasi berbagai pola keprilakuan individu atau kelompok dalam suatu organisasi. Maksudnya agar para karyawan menggunakan pola-pola perilaku baru dan mentaati aturan-aturan yang diberlakukan diantara mereka yang berkaitan dengan pekerjaan.
B.     MENGELOLA PERUBAHAN RENCANA
 Apa yang merupakan tujuan dari perubahan terencana? Pada hakikatnya ada dua. Pertama, perubahan itu mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam lingkungan. Kedua, perubahan itu mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Jika suatu organisasi harus tetap hidup, organisasi itu harus menanggapi perubahan itu mengupayakan perubahan perilaku karyawan dan jika suatu organisasi harus tetap hidup, organisasi itu harus menanggapi perubahan dalam lingkungan.



 Bila para pesaing memperkenalkan produk atau jasa baru, badan pemerintah memberlakukan undang-undang baru, sumber-sumber pasokan yang penting gulung tikar, atau terjadi perubahan lingkungan yang serupa, organisasi itu perlu menyesuaikan diri. Upaya untuk merangsang motivasi, memberi wewenang karyawan dan memperkenalkan tim kerja merupakan contoh kegiatan perubahan terencana yang diarahkan pada menjawab perubahan dalam lingkungan. Karena sukses atau kegagalan suatu organisasi pada hakikatnya disebabkan oleh hal-hal yang dilakukan atau gagal dilakukan oleh para karyawan perubahan terencana juga peduli akan pengubahan perilaku individu – individu dan kelompok dalam organisasi itu. Dalam organisasi, siapakah yang bertanggung jawab untuk mengelola kegiatan perubahan? Jawabnya adalah agen perubahan. Agen perubahan dapat berupa manajer atau bukan manajer, karyawan atau konsultan luar.
C.     RESISTENSI/PENOLAKAN TERHADAP PERUBAHAN
 Apa yang dapat diubah oleh para agen perubahan? Pada hakikatnya pilihan dapat dikelompokkan dalam empat kategori: Struktur, teknologi, penataan fisik, dan orang. Mengubah struktur mencangkup pembuatan perubahan dalam hubungan wewenang, mekanisme koordinasi, rancang ulang pekerjaan, atau variabel struktur serupa.
Mengubah teknologi meliputi modifikasi dalam cara kerja yang diproses dan dalam metode serta peralatan yang digunakan. Mengubah penataan fisik meliputi pengubahan ruang dan pengaturan tata letak dalam tempat kerja. Mengubah orang mengacu pada perubahan dalam sikap, keterampilan, pengharapan, persepsi dan perilaku karyawan.
1.      Mengguba Sturuktur
Struktur suatu organisasi didefinisikan sebagai tugas-tugas yang secara formal dibagi-bagi, dikelompokkan dan dikoordinasi. Agen perubahan dapat mengubah satu atau lebih unsur utama dalam desain suatu organisasi. Misalnya, tanggung jawab departemen dapat digabung, lapisan vertikal dihilangkan, dan rentang kendali dilebarkan untuk membuat organisasi itu lebih datar dan kurang birokratis. Lebih banyak aturan dan prosedur dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pembakuan (standarisasi). Suatu peningkatkan desentralisasi dapat dilakukan untuk mempercepat proses pengambilan keputusan.[2]
 Agen perubahan juga dapat memperkenalkan pengubahan besar dalam desain struktur yang sebenarnya. Ini mungkin mencangkup suatu pergeseran dari suatu desain matriks. Agen perubahan mungkin mempertimbangkan perancang ulang pekerjaan atau jadwal kerja. Uraian jabatan dapat didefinisi-ulang, pekerjaan diperkaya, atau diperkenalkan jam kerja yang lentur. Pilihan lain lagi adalah memodifikasi sistem imbalan organisasi. Motivasi dapat ditingkatkan dengan, misalnya memperkenalkan bonus kinerja atau berbagi laba.
2.      Menguba Teknologi
Kebanyakan dari studi yang dini dalam manajemen dan perilaku organisasi menangani upaya-upaya yang diarahkan pada perubahan teknologi. Pada pergantian abad misalnya, manajemen ilmiah mengupayakan pelaksanaan perubahan yang didasarkan pada studi waktu dan gerakan yang akan meningkatkan efisiensi produksi. Dewasa ini perubahan teknologi biasanya mencangkup ditemukakannya peralatan, alat, atau metode baru, otomatisasi atau komputerisasi.[3]
3.      Menguba penataan pisik
Tata letak ruang kerja hendaknya tidak merupakan kegiatan yang acak. Lazimnya dengan saksama manajemen mempertimbangkan tuntutan kerja, persyaratan interaksi formal, dan kebutuhan sosial ketika mengambil keputusan mengenai konfigurasi ruang, desain interior, penempatan peralatan, dan yang serupa. Misalnya, dengan dindingdan sekat yang dihilangkan dandesain kantor yang terbuka, karyawan akan lebih muda saling berkomunikasi.[4]
4.      Menguba orang dan diri sendiri.
Bidang terakhir tempat agen perubahan beroperasi adalah membantu individu dan kelompok dalam organisasi itu untuk bekerja bersama secara lebih efektif. Lazimnya kategori ini mencangkup perubahan sikap dan perilaku anggota organisasi lewat proses komunikasi, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.[5]
Konsep pengembangan organisasi telah sampai pada peliputan suatu deretan campur tangan yang dirancang untuk mengubah orang dan sifat dasar serta kualitas hubungan kerja mereka.
D.    PENDEKATAN TERHADAP PENGELOLAAN PERUBAHAN ORGANISASI
 Beberapa pendekatan populer untuk mengelola perubahan: model tiga langkah klasik lewin menyangkut proses perubahan, riset tindakan dan pengembangan organisasi.
Model Tiga Langkah Lewin
Peraga Model perubahan tiga langkah Lewin  
Kurt Lewin berpendapat bahwa “perubahan yang sukses dalam organisasi hendaknya mengikuti tiga langkah: yang pertama melelehkan (Unfreezing) status quo, kedua gerakan ke suatu keadaan baru dan ketiga membekukan ulang (refreezing) perubahan baru untuk membuatnya permanen”.
1.      Pelelehan. Pelelehan adalah upaya perubahan untuk mengatasi tekanan-tekanan baik dari keengganan individual maupun konformitas kelompok.
2.      Gerakan. Gerakan adalah proses menjadikan suatu keadaan baru.
3.      Pembekuan–Ulang. Pembekuan ulang adalah memantapkan suatu intervensi perubahan dengan memberimbangkan kekuatan dorong dan kekuatan penahanan.
Status quo dapat dianggap sebagai suatu keadaan seimbang. Untuk bergerak menjauhi keseimbangan ini untuk mengatasi tekanan baik dari keengganan individual maupun konformitas kelompok diperlukan pelelehan. Pelelehan dapat dicapai dalam satu dari tiga cara yaitu kekuatan dorong yang mengarahkan perilaku menjauhi status quo dapat ditingkatkan. Kekuatan penahan yang merintangi gerakan menjauhi keseimbangan yang ada dapat dikurangi. Alternatif ketiga adalah menggabungkan kedua pendekatan pertama.
E.     ISU-ISU PERUBAHAN KONTEMPORER TENTANG PERUBAHAN BAGI MENEJEAR
Dua isu sebagai topik perubahan dewasa ini adalah;
1.      Merangsang inovasi organisasi.
Inovasi adalah Ide baru yang diterapkan untuk membuat atau mengembangkan sebuah produk,  proses atau jasa.[6]
Mengelompokkan karakteristik pada organisasi yang inovatif adalah kategori struktural, budaya dan sumber daya manusia. Pesan para agen perubahan adalah bahwa hendaknya mereka mempertimbangkan untuk memasukkan karekteristik ini kedalam organisasi menginginkan untuk menciptakan suatu iklim yang inovatif.
Sumber inovasi: Organisasi inovatif menganjurkan eksperimen, imbalan antara sukses dan gagal dan menunjukan kesalahan.
      2. Menciptakan suatu organisasi belajar.
Organisasi belajar adalah suatu organisasi yang telah mengembangkan kapasitas berkesinambungan untuk menyesuaikan diri dan berubah. Putaran Pembelajaran organisasi yaitu:
a. Pembelajaran putaran tunggal: kekeliruan dikoreksi dengan menggunakan kerutinan masa lalu dan kebijakan masa kini.[7]
b. Pembelajaran putaran rangkap: Kekeliruan dikoreksi dengan memodifikasi sasaran, kebijakan dan kerutinan beku organisasi.[8]
F.  STRES KERJA DAN PENGELOLAHANNYA
1.      APAKAH STRES ITU?
Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan/dibenturkan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai positif.
Menurut Ray (1991) kepustakaan mengenai steres yang berkaitan dengan pekerjaan secara ijeg menunjukkan bahwa stres menunjukkan pengaruh yang merusak dan bahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani pekerja.[9]
Stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial. Perhatikan, misalnya kinerja yang unggul yang ditujukkan oleh seorang atlet atau pemanggung dalam situasi-situasi yang mencekam. Individu semacam itu sering menggunakan stres secara positif untuk meningkat ke kesempatan dan berkinerja pada atau mendekati maksimum mereka. Secara lebih khusus, stres dikaitkan dengan kendala (Kekuatan yang mencegah individu dan melakukan apa yang sangat diinginkan) dan tuntutan (Hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan).
Yang pertama mencegah Anda untuk mengerjakan apa yang sangat Anda inginkan. Yang mengacu pada hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan. Dua kondisi diperlukan agar kedua stres potensial menjadi stres yang sebenarnya.
Pertama harus ada ketidak pastian mengenai hasil atau keluaran dan kedua hasil itu haruslah penting. Tidak peduli kondisinya, hanya bila ada keraguan atau ketidak pastian mengenai apakah kesempatan itu akan dapat diraih, kendala akan disingkirkan atau kerugian akan dihindari maka ada stres. Artinya, stres paling tinggi untuk individu yang merasa tidak pasti apakah mereka akan kalah atau menang dan paling rendah untuk individu yang berpikir bahwa menang atau kalah merupakan suatu kepastian. Tetapi nilai penting dari hasil juga sangat menentukan. Jika menang atau kalah itu suatu hasil yang tidak penting, tidak ada stres. Jika mempertahankan pekerjaan atau meraih suatu promosi tidak penting bagi Anda. Anda tidak mempunyai alasan untuk merasa stres dalam menjalani tinjauan kinerja.



2.      MENGELOLA STRES
Dari titik pandang organisasi, manajemen mungkin tidak peduli bila karyawan,  mengalami tingkat stres yang rendah sampai sedang. Tingkat semacam itu dapat bersifat fungsional dan mendorong ke kinerja karyawan yang lebih tinggi. Tetapi tingkat stress yang tinggi, atau bahkan tingkat rendah tetapi berkepanjangan, dapat mendorong ke kinerja karyawan yang menurun dan karenanya, menuntut tindakan dari manajemen. Walaupun kuantitas terbatas stres mungkin bermanfaat bagi kinerja seorang karyawan, janganlah mengharapkan karyawan beranggapan seperti itu.
Dari titik pandang individu, tingkat stres yang rendah malahan kemungkinan besar akan dipersepsikan sebagai tidak diinginkan. Oleh karena itu tidak kecil kemungkinan bagi karyawan dan manajemen untuk gagasan yang berbeda mengenai apa yang menentukan suatu tingkat stres yang dapat diterima pada pekerjaan. Apa yang mungkin dianggap oleh manajemen sebagai “Perangsang yang positif yang mempertahankan agar adrenalin mengalir terus” sangat besar kemungkinan dianggap sebagai “tekanan berlebihan”oleh karyawan itu. Hendaknya ada pendekatan individual terhadap organisasional ke pengelolaan stres.
a.       Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif mencangkup pelaksanaan teknik-teknik manajemen-waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan pengenduran (relaksasi), dan perluasan jaringan dukungan sosial.
Banyak orang tidak mengelola waktunya dengan baik. Hal-hal yang harus mereka selesaikan dalam hari atau pekan tertentu seharusnya selesai jika mereka mengelola waktu dengan baik, sering dapat mencapai dua kali apa yang dicapai pemanfaatan dari prinsip-prinsip dasar pengelolaan-waktu dapat membantu individu untuk mengatasi dengan lebih baik ketegangan yang diciptakan oleh tuntuan pekerjaan. Beberapa prinsip pengelolaan waktu yang lebih dikenal adalah (1) Membuat daftar harian dari kegiatan yang mau diselesaikan; (2) memprioritaskan kegiatan menurut kepentingan dan urgensinya; (3) menjadwalkan kegiatan menurut peringkat prioritas dan (4) mengetahui siklus harian anda dan menangani bagian yang paling menuntut dari pekerjaan anda selama bagian tinggi dari siklus anda saat mana Anda paling waspada dan produktif.
Latihan fisik nonkompetitif seperti aerobik, berjalan, joging, berenang dan bersepeda telah lama direkomendasikan oleh para dokter sebagai suatu cara untuk menangani tingkat stes yang berlebihan. Bentuk fisik ini meningkatkan kapasitas jantung, menurunkan laju detak jantung, memberikan suatu pengalihan mental dari tekanan kerja dan menawarkan suatu cara untuk “ melepaskan energi.”
Individu dapat melatih diri untuk mengurangi ketegangan lewat teknik pengenduran seperti mediasi, hipnotis, dan biofedback. Sasarannya adalah mencapai suatu keadaan relaksasi yang dalam, dimana orang merasa santai secara fisik, agak terpisah dari lingkungan sekitar dari sensasi tubuh. Pengenduran yang dalam selama 15 atau 20 menit sehari melepas ketegangan dan memberikan kepada orang itu rasa kedamaian yang mendalam.
Yang penting perubahan yang berarti dalam laju detak jantung, tekanan darah dan faktor fisiologis lain yang dihasilkan dari pencapaian kondisi pengenduran yang dalam itu. teman, keluarga, atau rekan sekerja untuk dapat bicara memberikan suatu saluran keluar bila tingkat stres menjadi berlebihan. Oleh karena itu, memperluas jaringan dukungan sosial bisa merupakan suatu cara untuk pengurangan ketegangan. Anda akan menemukan seseorang untuk mendengar masalah-masalah anda dan suatu perspektif yang lebih objektif terhadap situasi itu.
 Riset juga memperlihatkan bahwa dukungan sosial memperlunakkan hubungan antara stres dan hilangnya semangat. Artinya, dukungan yang tinggi mengurangi kemungkinan bahwa stres kerja yang berat akan mengakibatkan hilangnya semangat kerja.
b.      Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, dan struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Dengan demikian faktor-faktor ini dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang mungkin diinginkan oleh manajemen untuk dipertimbangkan antara lain perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja, penggunaan penetapan tujuan yang relistis, perancang-ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi organisasi, dan penegakan program kesejahteraan korporasi.
Walaupun pekerjaan tertentu lebih penuh stres dari pada yang lain, kita ketahui bahwa respons individu dengan sedikit pengalaman atau ruang kendali ekstrnal lebih cenderung lebih rawan stres. Keputusan seleksi dan penempatan hendaknya mempertimbangkan fakta ini. Jelas, meskipun manajemen tidak hanya memperkerjakan individu yang bepengalaman dengan ruang intenal, individu semacam itu dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik pada pekerjaan berstres tinggi dan menjalankan pekerjaan tersebut dengan lebih efektif.
Tujuan spesifik yang dipersepsikan sebagai dapat dicapai akan memperjelas harapan kinerja. Tambahan pula, umpan balik tujuan mengurangi ketidakpastian mengenai kinerja yang sebenarnya. Ini akan mengakibatkan kurangnya frustasi karyawan, ambiguitas peran dan stres. Merancang ulang pekerjaan untuk memberi kepada karyawan lebih banyak tanggung jawab, lebih banyak kerja yang bermakna, lebih banyak otonomi dan umpan balik yang meningkat dapat mengurangi stres karena faktor-faktor ini memberikan kepada karyawan itu kendali yang lebih besar terhadap kegiatan kerja dan mengurangi ketergantungan pada orang lain.
Stres peran bersifat merusak sebagian besar karena karyawan merasa tidak pasti mengenai tujuan, harapan, bagaimana mereka akan dinilai dan semacamnya. Dengan memberikan kepada karyawan ini suatu suara dalam keputusan-keputusan yang secara langsung mempengaruhi kinerja mereka, manajemen dapat meningkatkan kendali karyawan dan mengurangi stres peran ini. Maka para manajer hendaknya mempertimbangkan peningkatkan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan. Meningkatkan komunikasi organisasional yang formal dengan para karyawan mengurangi ketidakpastian karena mengurangi ambiguitas peran dan konflik peran. Oleh karena pentingnya peran persepsi dalam memperlunak hubungan stres-respons itu, manajemen dapat juga menggunakan komunikasi yang efektif sebagai cara untuk membentuk persepsi karyawan. Akhir, menawarkan program kesejahteraan yang didukung secara organisasi. Program ini memusatkan perhatian pada keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan.

 Misalnya, program-program itu secara khusus mengadakan lokakarya untuk membantu orang untuk berhenti merokok, mengendalikan penggunaan alkohol, menurunkan berat badan, makan dengan lebih baik dan mengembangkan suatu program latihan yang teratur.

BAB III
KESIMPULAN

Perubahan organisasi sering berlawanan dengan nilai-nilai yang menghormati anggota dalam organisasi. Banyak sumber  perubahan keorganisasian yang mendiskusikan tentang perubahan yang diperlukan di dalam kultur organisasi, mencakup perubahan di dalam kepercayaan dan nilai-nilai anggota serta dalam cara menempatkan kepercayaan dan nilai-nilai tersebut. Perubahan dapat terjadi begitu saja tanpa direncanakan, akan tetapi ada perubahan yang memang dikelola atau direncanakan.
Setiap perubahan dapat menjadi ancaman nyata terhadap keadaan ekonomi, rasa aman, hubungan sosial, atau status para pegawai. Perubahan dapat mengakibatkan kehilangan uang, kawan, atau rekan dalam kelompok kerja. Kekuatan untuk melawan perubahan menghasilkan kelambanan organisasi dan stabilitas yang jauh lebih besar. Organisasi membutuhkan sebentuk kemampuan untuk melakukan penolakan, jika tidak mereka mungkin akan memberi respon terhadap segala sesuatu yang dipersepsikan sebagai perubahan. Setiap organisasi memerlukan stabilitas agar dapat berfungsi. Jika organisasi bereaksi terhadap setiap stimulus perubahan, ia akan kehilangan perilaku yang konsisten dan yang mengarah kepada tujuan yang membuat sekelompok orang menjadi sebuah organisasi.









BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Dessler  Garry, Organization and Management, Prentice Hall Inc. Englwwod Cliffs, (1976).

Ibrahim  Adam  Indrawijaya, Perilaku organisasi, Sinar Baru Algensindo Offeset Bandung. (2000).

M. Echoles John dan Hasanan Shadily, Kamus Ingris-Indonesia,  PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.  (1996).

Mulyani Dedi  dan Veizhal Rivai, Kepimimpinan dan Perilaku Organisasi cetakan ke-9. (2012).

 Pace R. Weyne  dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, PT Remaja Rosdakarya.  (2006).




[1].  Adam Ibrahim Indrawijaya, Perilaku organisasi, Sinar Baru Algensindo Offeset Bandung, 2000. Hal 87
[2] . Dedi Mulyani dan Veizhal Rivai, Kepimimpinan dan Perilaku Organisasi cetakan ke-9, (2012). H 403
[3] . Ibid. H 403
[4] . Ibid. H 404
[5] . Ibid. H 404
[6] . Garry Dessler, Organization and Management, Prentice Hall Inc. Englwwod Cliffs, (1976). H 95
[7]. Ibid. H 95
[8]. Ibid. H 95
[9] . R. Weyne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, PT Remaja Rosdakarya (2006). H 342

Tidak ada komentar:

Posting Komentar