Minggu, 16 Maret 2014

Fungsi dan Proses Komuikasi Massa



Pungsi dan Proses Komunikasi Massa
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan masyarakat yang di pacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang paling kuat terhadap kemekaran komunikasi massa, tetapi di lain pihak secara tidak langsung ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak positif tetapi menimbulkan dampak yang negatif terhadap masyarakat itu sendiri. Kemudian para pakar komunikasi mempertanyakan fungsi yang sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu sendiri.
Harold D. Laswell misalnya berpendapat bahwa fungsi serta proses komunikasi massa itu adalah pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai mayarakat dan bagian-bagian unsur di dalamnya atau korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menaggapi lingkungan dan serta berfungsi sebagai penyebaran warisan nasional, disini yang berperan adalah para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun di sekolah yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya.
Sedangkan pendapat yang lain berkaitan dengan fungsi dan proses komunikasi massa ini maka kita akan mendapati dalam buku yang berjudul Aneka Suara, Satu Dunia yang menyuebutkan dan menjelaskan secara gamblang bahwa komunikasi apabila di tilik dan teropong dalam arti yang lebih luas, maka tidak bisa hanya di artikan sebagai pertukaran berita dan pesan seperti yang kita ketahui pada saat ini.
Maka sesungguhnya dalam menginplementasikan hal ini perlunya kita untuk mengambil sikap bijak terhadap fungsi dan proses komunikasi massa yang oleh sebagian orang pada saat ini di salah fungsikan sehingga yang awalnya berdampak positif kemudian berubah menjadi dampak nigatif yang asalnya baik menjadi tidak baik dan begitu seterusnya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Informasi (information)
Seperti yang telah pemakalah jelaskan dalam bab pendahuluan di atas bahwa salah satu fungsi dari komunikasi itu sendiri adalah salah satunya untuk informasi dalam hal ini informasi merupakan hal yang paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang di sajikan, fakta-fakta yang di cari wartawan di lapangan kemudian di tuangkan dalam bentuk tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang di maksud adalah adanya sebuah peristiwa atau kejadian yang memang benar-benar terjadi di masyarakat.[1]
Informasi juga merupakan sebuah pengumpulan. Pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang di butuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Fungsi informatif ini dapat menyangkut berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat.
Dalam istilah juurnalistik fakta tersebut diringkas dalam istilah 5 W + 1 H, buku juga merupakan media komunikasi massa yang mempunyai fungsi informasi. Buku yang di maksud bukan buku fiksi, tetapi buku lain yang bisa di pertanggungjawaban keilmiahannya, misalnya buku pentunjuk atau kiat-kiat tertentu yang juga memberikan informasi berdasarkan fakta. Dalam perkembangan jurnalistik saat ini, media massa yang hanya menulis atau menyajikan berita dengan mengemukakan fakta-fakta tidak mencukupi lagi, dimana sebuah berita bukanlah kejadian yang aktual dan bermakna, kaejadiannya sendiri merupakan sesuatu yang obyektif.[2]
Membicarakan sebuah berita yang bermakna, C.P Scott dari the Manchester Guardian pernah menyatakan bahwa reportase yang berkembang saat ini adalah reportase faktual yakni informasi atau laporan yang memisahkan antara fakta dan opini berkembang sebagai reportase interpretasi, reportase yang mendalam dan reportase yang komprehensif. Dengan demikian, maka sudah seharusnya pers untuk menjelaskan lebih lanjut fungsi informasi. Artinya fungsi pers adalah melaporkan peristiwa dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.
B.     Hiburan (entertaiment)[3]
Fungsi hiburan atau entertaiment untuk media komunikasi atau media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi di bandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Misalnya masyarakat menjadikan Televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga, Televisi sebagai perekat keintiman keluarga. Oleh karena itu, jangan heran jika waktu prime time akan di sajikan acara-acara hiburan, baik itu berupa kuis atau acar-acara jenaka yang lainnya. Sangat sulit di terima penonton seandainya pada waktu prime time disajikan acara dialog politik tentu akan menimbulkan penolakan masyarakat, sebagai contoh di Indonesia ada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Televisi Nasional yang di awal perkembangnannya mengkalim diri sebagai Televisi pendidikan. Tetapi persentase terbesarnya diisi acara pendidikan, hiburan ada tetapi relatif sedikit misalnya pukul 09.00-12.00 diisi acara pendidikan. Hal ini berbeda dengan media cetak, media ecetak biasanya tidak meletakkan atau menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun demikian, media cetak-pun harus menyajikan hiburan.
Hiburan atau entertaiment juga merupakan salah satu fungsi lainnya dari komunikasi massa yang menggunkan media massa. Kita tahu bahwa unsur hiburan yang paling nyata dan menonjol dalam media massa terdapat pada media Televisi jika di bandingkan dengan media massa lainnya, apalgi untuk Televisi Swasta, proporsi acara atau tayangan yang bernuansa hiburan sangatlah menojol. Namun demikian, masih ada kombinasi dengan fungsi-fungsi lainnya seperti penyampaian informasi, dll.[4]
Hiburan atau entertaiment jelas tampak pada Televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek (cerpen) cerita panjang (cerpan) atau cerita bergambar.[5] Mengenai hal ini jelas tampak pada Televisi, film, dan rekaman suara. Bagi pembaca, rubrik-rubrik hiburan itu memang penting untuk di baca untuk mlapaskan saraf-saraf setelah berjam-jam mebaca berita-berita berat yang terjadi baik itu dalam negeri maupun luar negeri.
Fungsi hiburan berhubungan dengan hiburan massa, yang di gamberkan para kritikus kebudayaan sebagai hiburan massa adalah disfungsional selama ia gagal menimbulkan atau menumbuhkan selera publik sampai pada tingkatan yang mungkin di capai oleh bentuk-bentuk hiburan yang kurang meluas seperti teater, opera, dan drama-drama klasik.

C.    Transformasi Budaya
Transformasi budaya atau tranmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas meskipun pada idealnya paling sedikit di bicarakan. Tansformasi budaya tidak bisa diletakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transformai budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, yakni komtemporer dan historis. Dalam tingkatan kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Hal ini merupakan faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara serempak pengukuh status quo dan serta sebagai mesin perubahan. Sementara itu, secara historisumat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan.[6]
Ada juga yang berpendapat bahwa transformasi budaya adalah merupakan pewarisan sosial. Dalam hal ini menurut seorang ahli tersebut media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Tetapi fungsi ini sama halnya dengan Transformasi budaya. Sebab yang namanya budaya itu juga meliputi tiga hal yakni ide atau gagasan, aktivitas dan benda-benda hasil kegiatan.[7]
Ide yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya termasuk kebudayaan. Bagi Black dan Whitney transformasi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Di samping itu, media juga berperan untuk selalu memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara terus menerus. Fungsi lainnya adalah untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai sosial dari suatu generasi berikutnya kepada generasi berikutnya. Melalui proses sosialisasi anggota baru masyarakat dapat belajar peranan orang lain dalam masyarakat, sekaligus dapat mengerti posisi sosial dan menepatkan dirinya secara tepat dalam pergaulan sosial.
Terjadinya perubahan ataupun pergeseran budaya atau nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat, tidak terlepas dari keberhasilan media massa dalam memperkenalkan budaya-budaya global kepada audiens massa. Hal ini juga seiring dengan perkembangan teklologi informasi dan komunikasi yang merambah ke berbagai area kehidupan masyarakat, termasuk budaya.
D.    Persuasi (persuade)
Salah satu dari sekian banyak fungsi komunikasi massa itu dsendiri di antara adalah persuasi. Persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau kita perhatikan sekilas hanya berupa informasi. Tetapi jika kita perhatikan dengan penuh perhatian dan dengan lebih jeli lagi maka ternyata terdapat fungsi persuasi. Misalnya menurut Josep A. Devito fungsi persuasi di anggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai bentuk dan arah: pertama, mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; kedua, mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; ketiga, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; keempat, memperkenlakan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.
Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu media massa sering kali membuat atau mengukuhkan nilai-nilai yang sudah tidak yakin sebelumnya. Media massa juga mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal atau tidak berbuat suatu hal tersebut. Media massa dalam beberapa kasus dapat mewujudkan sebuah etika yang baik dan yang buruk. Tanpa publikasi media massa memunculkan tuntutan masyarakat. Hal demikina pernah di alami oleh Lazerfeld dan Merton, mereka menyatakan bahwa dalam masyarakat fungsi pemaparan terbuka di kembangkan dalam komunikasi media massa, pers, Televisi dan Radio memberikan penyimpanan dari opini publik secara cukup terbuka dan akibat dari pemaparan ini menggerakkan masyarakat untuk bertindak.
Aktivitas Publik Ralations dan promosi khusus dalam komunikasi tatap muka juga menjadi bentuk dari fungsi persuasi bahkan jika aktifita publik ralation dan promosi khusus dilakukan melaluli media massa. Semua ini tidak terlepas dari usaha untuk mempengaruhi orang lain, misalnya iklan shampoo di Televisi yang menyatakan boleh keramas tiap hari. Dan serta mendorong kohesi atau penyatuan, artinya media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan lain media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Akan tetapi, ketika media massa mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, di sisi lain juga memiliki fungsi untuk mencitakan disintegrasi sosial, sehingga peluang untuk menciptakan keduanya seimbang. Dengan kata lain. Kalau kita membicarakan fungsi media massa sebagai penyatu masyarakat, juga perlu membicarakan munculnya permusuhan dan konflik yang terjadi di masyarakat akibat pemberitaan dari media massa tersebut.
E.     Pengawasan
Fungsi pengawasan yang di lakukan oleh media massa adalah untuk mengontrol aktivitas masyarakat secara keseluruhan. Penagwasan dapat di lakukan oleh media massa dalam bentu kontrol sosial, perigatan, dan atau persuasif. Contohnya tentang peberitaan terorisme di Indonesia merupakan salah satu contoh dan bukti perigatan kepada khalayak akan bahaya dan ancaman terorisme. Pemberitaan tentang kasus mafia peradilan juga merupakan salah satu contoh kontrol sosial yang dilakukan media massa.[8]
Dalam pandangan Robert K. Merton bahwa fungsi dari pengawasan itu sendiri ada dua macam yaitu fungsi nyata atau manifest function dan fungsi tidak nyata atau latent function, dalam bahasa sederhanya adalah fungsi yang diinginkan dan fungsi yang tidak diinginkan atau setiap sosial dalam masyarakat memiiki efek fungsional dan disfungsional. Contohnya adalah pemberantasan korupsi yang di lakukan oleh pemerintah, di satu sisi adalah untuk membersihkan masyarakat dari praktek korupsi, namun di sisi lain tindakan pemberantasan korupsi yang tidak diikuti dengan perbaikan sistem justru akan menimbulkan ketakutan bagi aparatur pemerintah secara luas tentang masa depan meraka karena merasa tindakannya selalu diawasi, dan ditakuti. Tidak adanya perbaikan sistem yang baik dan ketakutan justru akan melahirkan model-model korupsi baru yang lebih canggih, nah disinilah kemudian peran media untuk mengawasi hal tersebut.[9]
Dalam pandangan Yoseph R. Dominick mengatakan bahwa pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kantor berita dan lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan berita atau informasi untuk kita yang tidak bisa kita peroleh. Kemudian informasi itu kemudian di sampaikan kepada organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat canggih disebarkan ke seluruh jagat raya ini.
Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, pengawasan peringatan. Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampikan informasi kepada kita mengenai ancaman letusan gunung api, angin topan, kondisi ekonmi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi, atau serangan militer. Peringatan ini di informasikan segera dan serempak (program televisi di interupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado) serta dapat pula di informasikan ancaman dalam jangka waktu lamaatau ancaman kronis (berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara atau masalah pengangguran). Akan tetapi, memang banyak informasi yang tidak merupakan ancaman yang perlu diketahui oleh rakyat.
Kedua: pengawasan instrumental, jenis ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang di pertunjukkan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, produk-produk baru, dan lain-lain. Yang perlu di catat adalah tidak semua contoh pengawasan instrumental seperti yang di sebutkan dijadikan berita. Publikasi skala kecil dan yang lebih spesifik seperti majalah-majalah atau jurnal-jurnal pengetahuan atau keterampilan juga melakukan tugas pengawasan. Bahkan fugsi pengawasan dapat di jumpai pula pada sisi media yang dimaksudkan untuk menghibur.
F.     Melawan kekuasaan dan politik
Media massa selain dapat dijadikan alat untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan, juga bisa di pakai untuk melawan dan merobohkan kekuasaan. Contohnya: tumbangnya rezim Orde Baru dibawah kepeminpinan Soeharto tidak terlepas dari pengaruh media massa dalam ikut memberikan dan melakukan investigasi. Media massa tidak lagi sekedar meneruskan perkataan-perkataan pejabat pemerintah, tetapi iktu membongkar kasus ketidak-adilan yang di lakukan oleh pemerintah. Contoh lainnya adalah perseteruan antara Cicak dan Buaya antara KPK dan POLRI dan masih banyak contoh kasus lagi baik yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri.
Dan serta Komunikasi massa dapat membantu masyarakat luas atau mayoritas penduduk untuk menyadari tentang arti penting dirinya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut dapat menigkatkan kesadaran untuk melakukan aktivitas politik. Aktivitas politik tersebut dapat berupa berbagai macam hal. Misalnya mengikuti pemilu. Jika seseorang telah sadar tentang arti penting ia mngikuti pemilu sebagai warga negara, maka ia akan memilih dengan sungguh-sungguh calon peminpinnya dan tidak melakukan golput.
G.    Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan
Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalam reaksianya terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau propaganda. Editorial dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dan disajikan, tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat.[10]
Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama, memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).
H.    Integrasi dan Empati
Melalui komunikasi massa, masyarakat Indonesia yang beragam suku bangsa dan bahasa, dapat saling mengenal dan mengerti tentang kebudayaan dari masyarakat Indonesia di masing-masing daerah. Kebudayaan yang beragam di Indonesia dapat menciptakan disintegrasi sosial karena masyarakat satu dengan yang lainnya idak saling mengenal. Misalnya kebiasaan suku Jawa dab suku Batak ynag berbeda. Suku Jawa cenderung halus tingkah lakunya, sedangkan suku Batak kasar. Jika merak bertemu tanpa mengetahui watak dasar mereka tersebut, maka akan terjadi perselisihan diantara mereka. Melalui komunikasi massa, masyarakat mengetahui informasi tentang berbagai hal yang ada di masyarakat baik Nasional mupun Internasional. Sehingga hal tersebut bisa di cegah. Dengan begitu, komunikasi massa sekaligus menciptakan, memelihara, dan memperkuat integrasi bangsa. Melalui nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, keagamaan, hukum, dan tatanan sosial lainnya, maka integrasi Nasional relatif lebih mudah diciptakan
I.       Mendidik
Disamping memberikan informasi kepada msyarakat luas, komunikasi massa ternyata juga dapat menunjukkan fungsi mendidik masyarakat. Komunikasi massa mendidik masyarakat untuk berfikir kritis dan memiliki horizon pengetahuan yang luas. Melalui komunikasi massa, masyarakat itu dididik agar dapat mandiri dalam setiap persoalan hidupnya. Dalam konteks ini, kita bisa menyebutkan bahwa melalui sajian komunikasi massa yang sangat efektif seperti misalnya Radio, Televisi, telah di tayangkan berbagai acara seperti Bangun Desa, Nusntara Membangun, Varia Pedesaan, dan masih banyak lagi yang lain.
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, pendidikan keterampilan serta kemahiran yang di perlukan pada emua bidang kehidupan.
J.      Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fumgsi yang menghubungkan agian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Bagi Charles R. Wright fungsi korelasi juga termasuk menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Salah satu bagian terpenting dalam menjalankan fungsi korelasi yang termasuk dalam interpretasi bila di lihat dari tajuk rencana sebuah surat kabar, meskipun tajuk rencana juuga mempunyai fungsi persuasi. Tajuk yang biasanya di tulis oleh redaktur senior itu bagi Djafar H. Assegaf mempunyai empat fungsi :
1.      Menjelaskan berita
2.      Mengisi latar belakang
3.      Meramalkan masa depan
4.      Meneruskan suatu penilaian moral
Dengan demikian, tajuk rencana mempunyai fungsi untuk interpretasi kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
           
            Dari uraian singkat dan padat ini tentunya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa fungsi dari Komunikasi Massa itu sendiri ada banyak karena mengingat betapa pentingnya komunikas massa terkhusus media itu sendiri. Oleh karena itu di bawah ini akan kami uraikan sedikit kesimpulan terkait dengan fungsi dan proses komunikasi massa dari para pakar komunikasi massa serta kesimpulan dari pemakalah sendiri.
            Pemakalah menyimpulkan bahwa di antara banyak fungsi dan serta peran media massa dalam komuniasi massa ini maka sedikit akan kami sebut kemabali dari apa yang telah pemakalah jelaskan pada bab pembahasan di atas yang meliputi:
Menyampaikan informasi (to inform)
Mendidik (to educate)
Menghibur (to entertain)
Mempengaruhi (to influence)
Pengawasan (surveillance)
Korelasi (korelation)
Integrasi dan Empati
Melawan kekuasaan dan politik
            Fungsi komunikasi massa menurut Jay black dan Frederick C.Whitney (1988) antara lain:
To inform (menginformasikan)
To entertain (menghibur)
To persuade (membujuk)
Transmission of the culture (transmisi budaya)
            Fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Comunication (1991) disebutkan:
 Providing information
 Providing entertainment
 Helping to persuade, dan
 Contribution to social cohesion (mendorong kohesi sosial)


DAFTAR PUSTAKA
.
Effendy, Onong Uchjana. 1999. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakary Bandung .
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Eilers, Frans-Josef. 2001. Berkomunikasi dala Masyarakat. Flores. Penerbit Nusa Indah.        Bandung.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. PT Raja Grafindo Persaja.
Gamble, Michael W. Teri Kwal Gamble. 1998. Introducting Mass Communication. UMM Press.
BM, Mursito. 20002. Memahami Institusi Media, sebuah pengantar. Surakarta. Lindu Pustaka dan Spikom.
Dominich, Yoseph R. 2007,  Dinamika Komunikasi Massa, Ghalia Indonesia.
Cangara, 2002, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo, Jakarta.
Salmawati, Wa Ode, 2010, Makalah Sistem Komunikasi Massa, Universitas Haluoleo, Kendari.
Muhammad, Arni, 2002, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Bandung.
Vivian, Jhon, 1991, The Media of Communication, PT Grafindo. Jakarta.

           
.





[1]  Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Akasara, 2002. Hal  98-99.
[2]  Charles Robert, Mass Communacation, A Sosiological Perspective, terjemahan Lilawati dan Jalaluddin, CV Remaja Karya, Bandung, 1985, hal 13.
[3]  Wa Ode Salmawati, Makalah Sistem Komunikasi Massa, Universitas Haluoleo, Kendari, 2010. Hal. 3-4
[4]  Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, 2002, hal. 90
[5]  Jhon Vivian,  the Media of Communacation, PT Grafindo, 1991, hal. 86-85
[6]  Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, 2007,  PT Raja Grafindo, Jakarta, hal 69-83.
[7]  Fajar, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2009, hal. 56.
[8]  Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hal. 67-90
[9]  Ibid, hal 56.
[10]  Yoseph R. Dominich, Dinamikan Komunikasi Massa,  Ghalia Indonesia, Bandung, 1999, hal. 125-126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar