Minggu, 30 Maret 2014

Sejarah Filsafat Yunani Kuno Sampai Filsafat Abad Ke 20


SABTU 29 MARET 2014

SEJARAH FILSAFAT
DARI FILSAFAT YUNANI KUNO SAMPAI FILSAFAT ABAD KE 20
Oleh : Naharuddin
STAIL Hidayatullah Surabaya

A.    Sejarah filsafat zaman Yunani Kuno

Filsafat Pra Socrates atau Yunani kuno adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.[1] Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng ataui mite-mite yang diterima dari agama.
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). 
Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abadke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman.
Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).
Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Beberapa Tokoh Filsafat Yunani Kuno
a)      Thales (625-545 SM)
Dengan cara berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi sumber hidup. Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.[2]

b)       Anaximandros (640-547)
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Meskipun oa murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai mana yang dikatakan oleh gurunya.


c)  Anaximenes (585-494 SM)
Menurut Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses “pemadatan dan pengeceran”, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan kemunduran dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi yang berupa meja bundar katanya melayang diatas udara. Demikian pun matahari, bulan dan bintang-bintang. Badan-badan jasad raya itu tidak terbenam dibawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam karena tertutup dibelakang bagian-bagian tinggi.
d)  Pythagoras (580-500 SM)
Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia dalam kota ini Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang sifat-sifatnya akan dibicarakan di bawah ini. Tarekat yang didirikan Pythagoras bersifat religious, mereka menghomati dewa Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali kelangit kedalam lingkungan tuhban bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup untuk hari kemudian.
e)  Heraklitosn (540-480 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengn filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api.
Ia memandang bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannyasemata-mat tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos. Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan bergantu-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan.

B.     SEJARAH  FILSAFAT  YUNANI


Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.[3]
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.[4]

Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).[5] Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:

1.      Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2.        Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
3.        Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
            Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
            Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada di belakang semua materi itu.

Beberapa tokoh filsafat  Yunani
1.      Socrates (469-399 SM)
Mengenai riwayat Socrates tidak banyak diketahui, sebagai sumber utama keterangan tentang dirinya dapat diperoleh dari tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles. Ia sendiri tidak meninggalkan tulisan, sedangkan keterangan dirinya didapat oleh muritnya yaitu Plato.
2.      Plato (427-347 SM)
Plato adalah pengikut socrates yang taat diantara pengikutnnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperoleh secara cukup.[6]
3.      Aristoteles (384-322) SM)
Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akadeia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga pelato meninggal. Setelah Plato meninggak dunia Aristoteles meninggalkan Athena karena ia tidak disetujui dengan pendapat pengganti Plato di Akademia filsafat.







C.    Sejarah Filsafat Pada Abad Pertengahan
Sejarah filsafat abad pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Dimana semua pemecahan persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Periode filsafat pada abad pertengahan ini  mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.  Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai kemampuan akal.[7]
 Ciri Filsafat Pada Abad Pertengahan
Filsafat Barat Abad Pertengahan ini dicirikan dengan adanya antara agama Kristen dan filsafat. Di lihat secara menyeluruh, filsafat barat abad pertengahan ini memang merupakan filsafat Kristiani. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat barat abad pertengahan adalah suatu  filsafat agama dengan agama Kristiani sebagai basisnya. Sehingga agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu  Tuhanlah  merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.

Secara garis besar, filsafat barat  abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua  periode yaitu Zaman Patristik dan Zaman Skolastik.
1)      Zaman Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin, petinggi atau perintis gereja. Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai atau menerima filsafat Yunani  diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu bertentangan dengan agama.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela agama Kristen) dengan kesadarannya membela imam Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela imam Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius, Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
2). Zaman Skolastik

Zaman ini dibagi menjadi tiga tahap:

1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia.
2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objekti
Beberapa tokoh folsapat abat pertengahan
  1. Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya”. Menurut pendapatnya, bahwa agama kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa.
2.      Klemens (150-215)
Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Menurutnya filsafat pada dirinya memang dapat memimpin orang  kepada pengetahuan tentang Allah. Sebab filsafat dapat memimpin kepada  pengetahuan, bahwa Allah adalah sebab segala sesuatu.  Filsafat dijunjung tinggi, terlebih-lebih filsafat Plato dihargai sekali.
3.      Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melakukan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak hubungan  antara gereja dengan akademi, tidak hubungan antara Kristen dengan penemuan baru. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab suci. Akan tetapi kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
4.      Augustinus (354-430)
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati masa muda hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
D.    Sejarah filsafat Moderen
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik Aliran-aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. ]Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah ketika kita melihat perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa modern. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian menguasai seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu:
1.      zaman Renaissans (Renaissance),[8]
2.      zaman Pencerahan Budi (Aufklarung),
3.      dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.
Beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan ilmiah yang modern.
1.      Leonardo da Vinci (1452-1519)              6.   Hegel (1770-1831)[9]
2.       Nicolaus Coperticus (1473-1543)           7.   Immanuel Kant (1724-1804)[10]
3.      Johannes Kepler (1571-1630)                  8.   John Locke (1632-1704)[11]
4.      Galileo Galilei (1564-1643)                     9.  Willam James (1842-1910)[12]
5.       Francis Bacon (1561-1623)                    10. Rene Descartes (1596-1650)[13]sa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin kuat.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhent
i. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertenitupada abad
E.     Filsafat Abad-19 dan abad 20
Memasuki abad ke-19 filsafat menjadi terpecah-pecah: ada filsafat Jerman, filsafat Perancis, filsafat Inggris, Amerika, dan Rusia. Para bangsa mengikuti jalannya sendiri-sendiri dan masing-masing membentuk kepribadiannya sendiri, dengan cara dan pengertian dasar sendiri-sendiri. Demikianlah para bangsa di Eropa tidak lagi mencerminkan satu roh, roh Eropa. Sekalipun masih ada kesamaan juga. Pemikiran yang bermacam-macam itu sebenarnya menampakkan aspek yang bermacam-macam dari suatu kebudayaan.
Sudah barang tentu tidak mungkin dibicarakan semua filsafat yang telah pernah ada atau yang masih ada secara terperinci. Harus dibatasi dan dipilih, terlebih berkaitan dengan filsafat abad 19 dan 20.
a.       Positivisme
Aliran ini dimulai oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Dialah sosiolog pertama yang mengatakan bahwa pemikiran manusia, pemikiran setiap ilmu, dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap positif-ilmiah. Manusia yang masih muda, atau suku-suku primitif, membutuhkan dewa-dewa untuk menerangkan gejala-gejala. Para remaja atau suku-suku yang sudah mulai dewasa, memakai prinsip-prinsip abstrak-metafisis untuk menerangkan kenyataan. Orang dewasa, manusia masa kini, hanya memakai metode-metode positif ilmiah.
Positivisme (lawan dari khayalan metafisis) menjadi sangat populer di Inggris pada filsuf-filsuf seperti J. Stuart Mill (1806-1873) dan H. Spencer (1820-1903). Dalam abad ke-20 positivisme diperbaharui dalam neo-positivisme, suatu aliran yang mempunyai asalnya di Wina. Oleh karena itu, filsuf-filsuf dari aliran ini disebut anggota-anggota dari lingkaran Wina.
b.      Marxisme
Aliran ini mengajarkan, sebagai materialisme dialektis, bahwa kenyataan kita akhirnya hanya terdiri dari materi, yang berkembang melalui suatu proses dialektis (yaitu ritme tesis-antitesis-sintesis). Tokoh-tokoh materialisme dialektis terutama K. Marx (1818-1883) dan F. Engels (1820-1895).
c.       Eksitensialisme                 e.   Pragmatisme                                             
d.      Fenomenologi                   f.   Neo-Kantianisme dan Neo-tomisme
Daftar Pustaka
Ahmadi Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007
Bertens, k, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta: 1998
Bukhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009
Hakim Abdul Atang Drs MA & Saebani Beni Ahmad  Msi. Filsafat Umum(Bandung, CV PUSTAKA SETIA : 2008
Hardiman F. Budi, Filsafat Moderen, Gremedia, Jakarta: 2004
Muzairi, Filsafat Umum, Jogjakarta cetakan 1, 2009
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
O. Kattsoff  Louis. Pengantar filsafat, Yogyakarta: Tiara wacana Yogya, 2004 cet, IX







[1] . Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), h 22.
[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),  h 23.
[3] Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009), h. 41-42
[4] Prof. DR. Akhmad Tafsir, FILSAFAT UMUM Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,2000), Edisi Revisi, h. 47-48

[5] I.R.Poedjawijatna,Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : PT PEMBANGUNAN,1980),cetakan V , h. 19

[6] Dalam karyanya, Apologia. Plato memberikan pembelaan Socrates di pengadilan. Karya-karyanya yang lain : Kriton, Protagoras, Gorgias dll. Plato memberikan komentarnya bahwa Socrates adalah seorang yang paling baik, paling bijaksana, paling jujur, dan merupakan manusia yang paling adil dari seluruh zamannya. Asmoro Ahmadi. Filsafat Umum, h 51.
[7] Achmadi Asmoro.  Filsafat Umum (jakarta, PT RajaGrafindo: Cet.ke-6, 2005). Hal. 66. Lihat juga Tjahjadi Simoan Petrus. L, 2004, Petualangan Intelektual, (Yokyakarta : PT Kanisius, 2004, h 102.

[8] . Istilah Rennaisance berarti kelahiran kembali pemikiran filsafat yang otonom dengan mempelajari kembali karya-karya klasik filsuf-filsuf Yunani Kuno, yang selama ini “disembunyikan” dan dimonopoli kalangan elit Gereja
[9].  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, h 151-153
[10].  Ibit, h 157
[11] . Ibit, h 180
[12]. Muzairi, Filsafat Umum (Jogjakarta: Teras, cetakan I, 2009) , h 141
[13]. Op. Cit, h 129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar